Author
: Nabila .A.M. ( Kang Yoo Na )
Cast : Kim Jong Woon
Min Kyung Shin
Shin Dong Hee
Ha Eun Pil
Seorang wanita dan pria bertengkar
di cafe di pinggir jalan.
“Geurae, Jong Woon oppa! Kalau kau
tidak mau menikah dengan ku, lebih baik aku mati saja!” katanya berteriak.
“Anniyeo,
Kyung Shin-ah! Kau tidak boleh begini.” Kata Jong Woon memelas. Tanpa dia
sadari, sebuah mobil menuju ke arahnya dan menghantamnnya.
Kyung Shin terbangun dari tidurnya.
Mimpi itu lagi. Kyung Shin melap keringatnya dan melanjutkan tidurnya.
Pagi harinya Kyung Shin terbangun
dari tidurnya. Dia tersenyum melihat lelaki di sebelahnya.
“Kau sudah bangun?” tanya lelaki
itu.
“Eo!” katanya.
“Lalau, kenapa masih di tempat
tidur?” tanya lelaki itu.
“Aku hanya akan bangun jika Woon
oppa bernyanyi untuk ku.” Katanya manja.
Lelaki itu menyanyikan sebuah lagu.
Tibalah dibagian reff lagu itu.
Niga animnyeon andwae
Neol
obsinan andwae
Na
ireokae haru handareul to ilyeoneul
Lelaki itu menyudahi lagunya. Dia
tersenyum kepada gadis di sebelahnya.
“Oppa, nega oppa neomu jeoha!” kata
gadis itu memeluk pria di sebelahnya.
“Nado
niga neomu jeoha!” dan mereka saling berpelukan erat. Sangat erat!
Kyung Shin terbangun lagi dari
tidurnya. Hari sudah cerah. Dia bergegas ke kamar mandi sambil membawa beberapa
pakaian dalamnya. Setelah dia selesai mandi, dia berpakaian dan menuju meja
makan.
Dia membakar beberapa helai roti.
Dia bergegas ke kantor. Sebelum dia pergi, dia melihat ke sebuah foto di
samping tv. Hmm... lelaki itu sudah pergi.
Kyung Shin tiba di kantornya dan
langsung masuk ke ruangannya. “Shin-ah!” panggil seseorang.
“Waeyeo Eun Pil-ah?” tanya Kyung
Shin pada gadis itu.
“Aku dan kau dipanggil oleh kepala
divisi.”
“Okay, Pil-ah.” Kata Kyung Shin
singkat.
Kyung Shin dan Eun Pil pun memasuki
ruangan kepala divisi mereka. “Ah~ Min Kyung Shin dan Ha Eun Pil. Karyawan
terbaikku!” kata kepala divisi sedikit berbasa-basi.
“Waeyeo, Shin Dong Hee-nim?” kata mereka serempak.
“Apakah kalian bisa pergi ke Jeju-do tanggal 6 Juni nanti?
Kalian kan tau, perusahaan kita membuka super market baru di sana. Jadi, aku
ingin kalian mengontrolnya.”
“Ne, Dong Hee-nim. Kami akan membicarakan masalah
ini nanti.” Kata Eun Pil.
Mereka keluar dari ruangan Dong Hee. Sambil berjalan
menuju meja mereka masing-masing, mereka membicarakan masalah tugas mereka ke
Jeju-do.
“Eotte, Kyung Shin-ah? Apa kau bisa ikut?”
“Mianhae Eun Pil-ah. Aku tidak bisa pergi.” Kata
Kyung Shin.
“Wae?”
“Aku akan pergi ke gereja tua itu. Kau kan tau itu
jadwalku setiap tanggal 6 juni.”
“Ah~ Geurae.” Eun Pil mengangguk-anggukan kepalanya
tanda mengerti. “Tapi, dengan siapa kau akan ke sana?”
“Tentu saja dengan Jong Woon oppa.”
“Ah~ ne... Kim Jong Woon.” Eun Pil memberi jeda pada
perkataanya. “Kalau begitu aku akan memberi tahu kepala Divisi.”
“Gomawo Eun Pil-ah.”
Eun Pil hendak berjalan meninggalkan Kyung Shin.
Tetapi, dia menghentikan langkahnya dan berkata dengan serius, “keuntae Kyung
Shin-ah, apa tidak seharusnya kau berhenti pergi ke gereja itu?” Eun Pil
menghentikan perkataanya sebentar. “Sudah 6 tahun setiap 6 juni kau ke sana
terus.”
Tidak mungkin Eun Pil-ah. Itu sudah perjanjianku
dengan Jong Woon oppa.”
“Terserah kau saja, lah.” Dia mulai malas berbicara
dengan sahabatnya yang satu ini. “Na kanta!”
“Eo!”
Kyung Shin pun pergi ke gereja tua
yang selalu dia datangi setiap tanggal 6 juni. Gereja ini besar dan memiliki
halaman luas. Banyak bunga-bunga indah di sini. Burung-burung dan kupu-kupu
banyak berterbangan.
Kyung Shin memasuki gereja itu dan
duduk di salah satu kursi di bagian depan. Ada Jong Woon juga di sana. Tetapi,
Jong Woon jauh duduk di belakang.
“Lagi-lagi tanggal 6 juni.” Gumam
Kyung Shin pelan. “Tidak tersa ya, oppa. Hari ini sudah tahun ke enam.” Kata
Kyung Shin tersenyum pada Jong Woon.
Kyung Shin meniggalkan gereja tua
itu. Dia menju ke sebuah rumah yang merupakan rumah Jong Woon. Dia mengetuk
pintu rumah itu, dan pintu rumah terbuka. Keluarlah seorang wanita paruh baya
dan pria paruh baya yang diikuti seorang anak muda yang umurnya tak terlalu jauh
dari Kyung Shin.
“Annyeonghaseyeo.” Ucap Kyung Shin
sambil membungkukan badannya.
“Oh~ Kyung Shin-ah. Ayo kita
langsung berangkat. Ppali, Jong Jin-ah!” kata wanita paruh baya itu. Mereka
berempat pun masuk ke sedan hitam milik Kyung Shin.
Tibalah mereka di tempat tujuan
mereka. Mereka mulai menyusuni apel, jeruk, dan buah-buahan lain. Ada juga wine dan sebuket bunga yang segar dan
indah. Satu persatu dari mereka mulai sujud memberi salam, lalu berdoa.
Kyung Shin mendekati makam itu dan
berbicara, “Annyeong, oppa. Tidak terasa sudah 6 tahun sejak kepergian mu.”
Kyung Shin tersenyum miris. “Apa kau tau? Setiap hari aku membayangkan mu
menjadi suamiku. Aku membayangkan mu selalu bernyanyi untuk ku setiap pagi. Aku
selalu membayangkan mu sarapan bersama ku setiap pagi. Aku selalu membayangkan
kita merayakan ulangtahun pernikahan kita setiap tanggal 6 juni.” bulir air
mata Kyung Shin mulai berjatuhan. “Aku selalu membayangkan yang indah-indah
tentang kita.” Lanjutnya.
“6 juni 2006 kau pergi. Padahal,
kita harusnya menikah siang itu. Tapi, kau malah pergi. Sekarang aku terpaksa
melakukan perjanjian kita sendiri tanpa kau temani. Selama 6 tahun ini, aku
selalu ke gereja itu. Sendiri. Ya, hanya sendiri. Walaupun bayangan mu selalu
ada, tetapi, itu tidak cukup bagiku.” Kyung Shin membuka jarinya dan mulai
menghitung, “mulai dari umurku 24 tahun sampai aku berumur 30 tahun, selama 6
tahun itu aku selalu ke gereja itu demi janji kita.”
Kyung
Shin menghapus air matanya dan berbicara pada makam Jong Woon, “oppa~ Aku harus
pergi sekarang. Sampai jumpa lagi tahun depan.” Kemudian, Kyung Shin mencium
nisan Jong Woon dan pergi meninggalkan pemakaman itu diikuti Jong Jin dan kedua
orangtua Jong Woon.
EPILOG...
2013. Kyung Shin masih datang ke
gereja tua dan pergi ke makam Jong Woon. Dia juga masih membayangkan Jong Woon.
Walaupun sudah tak sesering dulu.
2014. Kyung Shin masih melakukan hal yang sama. Hanya sedikit
yang berubah. Dia menjadi lebih sering tersenyum sekarang.
2015. Masih sama. Hanya saja tahun
ini dia sudah merelakan kepergian Jong Woon.
2016.
Tahun ini berbeda. Dia tidak lagi datang ke gereja tua itu. Walau begitu, dia
tetap pergi ke makam Jong Woon. Tetapi, kedatangan dia tahun ini ke makam Jong
Woon juga berbeda. Dia datang bersama puluhan orang yang akan melepasnya. Min
Kyung Shin pergi dengan senyuman indah diwajahnya. Senyuman bahagia yang
menandakan, dia sudah siap bertemu dengan belahan jiwanya. Kim Jong Woon.
FLASHBACK...
3
Juni 2006...
“Kyung Shin, kau harus berjanji jika
setelah menikah, kau akan selalu ke gereja tua tempat pernikahan kita setiap
perayaan ulang tahun pernikahan kita.” Kata Jong Woon.
“Tapi, oppa juga harus begitu.
Walaupun salah satu dari kita telah tiada, yang masih hidup harus datang ke
gereja itu setiap ulang tahun pernikahan kita. Eo?” kata Kyung Shin
menyampaikan keinginannya.
“Okay!” kata Jong Woon semangat.
“YAKSEOK!” teriak mereka bersamaan
dan dilanjutkan dengan saling berpelukan.
5
Juni 2006, tengah malam...
Jong Woon terbangun dari tidurnya
karena handphonenya berdering tanda ada yang menelpon.
“Yeobseyeo?” katanya parau.
“Ya! Kim Jong Woon! Na-ya! Shin Dong
He.”
Jong Woon terkejut ketika mengetahui
siapa yang menelponnya. Perasannya berubah jadi tidak enak seketika. “Eo~
Annyeonghaseyeo, Dong Hee-nim.” Katanya tetap berusaha sopan.
“Tidak usah berbasa-basi. Aku ingin
to the point saja dengan mu.” Dia memberi jeda di perkataannya. “jangan nikahi
Kyung Shin. Atau... kau dan keluarga mu serta karir Kyung Shin akan
berantakan.” Ancam Dong Hee.
“Tapi, semua sudah disiapkan. Aku
tidak mungkin membatalkannya dan membuat Kyung Shin sedih.” Kata Jong Woon
sedikit gugup.
“Haha! Aku tidak perduli. Lagipula,
aku sudah pernah mengatakan. Siapapun tidak boleh memiliki Min Kyung Shin jika
Shin Dong Hee tidak memilikinya.” Kata Dong Hee heboh di seberang sana.
“Baiklah. Akan ku lakukan apapun
demi Kyung Shin.”
Tuutt... tuutt... tuutt...
Pembicaraan terputus seketika.
6
Juni 2006, pagi hari...
“Kyung Shin, temui aku di cafe
biasa.” Kata Jong Woon kepada Kyung Shin melalui handphonenya.
“Oppa, waeyeo? Nanti siang kan kita
juga akan bertemu dan menikah. Nanti siang saja, ya?” kata Kyung Shin memelas.
“Cepat temui aku sekarang.”
“Ne.” Kata Kyung Shin singkat. Aneh
pikirnya. Kenapa tiba-tiba Jong Woon menyuruhnya untuk menemuinya? Kenapa tidak
nanti saja? Dan kenapa suara Jong Woon menyeramkan?
Kyung Shin langsung melaju menuju
tempat yang dimaksud Jong Woon. Sebuah cafe di pinggir jalan. Dilihatnya Jong
Woon duduk di salah satu meja bersofa. Dia langsung mengambil posisi di depan
Jong Woon.
“Oppa, waeyeo? Kenapa tiba-tiba...”
belum selesai perkataannya, Jong Woon langsung memeluknya. “Oppa....”
“Kyung Shin-ah... aku mohon padamu.
Batalkan pernikahan ini. Ini demi kebaikan kita bersama.”
“Museunsoriya? Jangan asal
berbicara, oppa!”
“Aku tidak asal bicara. Aku juga
tidak bercanda. Aku mohon. Ini demi kebaikan kita bersama.” Kata Jong Woon
sambil memegang tangan Kyung Shin.
“Ssireoyeo! Ssireo!” Kyung Shin
langsung berpindah tempat dan memeluk Jong Woon.
“Jebal Kyung Shin-ah. Aku mohon
sekali padamu.” Mata Jong Woon sudah mulai digenangi air mata. “Aku tidak ingin
kau terluka. Aku ingin kau bahagia. Masih banyak lelaki yang lebih baik dari
ku.”
“Ssireo!” kata Kyung Shin ngotot.
“Jebal Kyung Shin-ah.” Kata Jong Woon
lagi. Kyung Shin tidak menghiraukan apa yang dikatakan Jong Woon. “Ya! Min
Kyung Shin! Apa kau tahu betapa aku mencintai mu? Apa kau tahu betapa aku tidak
ingin kau terluka? Apa kau tahu aku akan melakukan apa pun agar kau tidak
terluka? Apa susahnya mencari orang yang lebih baik dariku? Toh, aku juga tak
sebaik namja-namja lain yang menyukaimu!” Jong Woon berbicara dengan nada keras
dan kasar.
“Geurae, Jong Woon oppa! Kalau kau
tidak mau menikah dengan ku, lebih baik aku mati saja!” Kyung Shin mengambil
tasnya dan mulai menyebrangi jalan.
“Anniyeo, Kyung Shin-ah! Kau tidak
boleh begini.” kata Jong Woon membujuk Kyung Shin. Tanpa dia sadari, sebuah
mobil menuju ke arahnya dan menghantamnnya.
BRAK...
Hantaman keras terdengar. Kyung Shin
pun berteriak, “JONG WOON OPPA!”
“Kyung Shin-ah. Aku tidak mau kau
tersakiti. Biarlah aku yang tersakiti.” Kata Jong Woon terbata-bata. Darah
sudah bercucuran dari wajah dan kepalanya.
“Oppa! Jangan pergi.” Kata Kyung
Shin terisak.
“Cepat bawa aku ke gereja itu.”
“Untuk apa?” tanya Kyung Shin
bingung.
“Ppali!” paksanya.
Tibalah Jong Woon dan Kyung Shin di
gereja itu. Disusul oleh keluarga Jong Woon dan Kyung Shin, serta kerabat
mereka.
“Cepat panggilkan pendeta!” kata
Kyung Shin.
Jong Woon tersenyum. “Ternyata kau
mengerti apa yang ku maksud.”
Kyung Shin dan seluruh orang di
gereja itu terus menangis. Tak berapa lama, datanglah pendeta. “Pendeta! Cepat
nikahkan kami!” paksa Kyung Shin.
Pendeta itu terlihat bingung.
Kemudian Jong Woon menyambung, “ppali! Aku sudah tak lama lagi.” Kyung Shin
yang mendengar itu pun menangis semakin kencang.
Pendeta pun mulai menjalankan
tugasnya, “Pengantin pria, Kim Jong Woon. Apa kau bersedia menjadi pendamping
nona Min Kyung Shin? Menemaninya disaat susah dan senang? Sedih dan gembira?
Kaya dan miskin? Sakit maupun sehat?”
“N... ne! A... aku be...bersedia.”
Kata Jong Woon terbata.
“Dan kau nona Min Kyung Shin. Apa
kau bersedia menjadi pendamping Kim jong Woon? Menemaninya disaat susah dan
senang? Sedih dan gembira? Kaya dan miskin? Sakit maupun sehat?”
“Ne! Aku bersedia!” kata Kyung Shin
cepat.
“Sekarang kalian sudah resmi menjadi
suami istri dan kalian boleh berciuman.” Kata Penndeta sambil menahan
tangisnya.
Chu~
Mereka berduapun berciuman. Itu tandanya mereka sudah resmi menjadi suami
istri. Tetapi, ada yang aneh. Jong Woon tidak bergerak sedikit pun. Ketika
Kyung Shin mengangkat wajahnya dan menyudahi ciuman dramatis itu, barulah dia
menyadari bahwa lelaki yang dicintainya, Kim Jong Woon, telah tiada.
-The End-
No comments:
Post a Comment