Wednesday, April 11, 2012

[Fan Fiction] Think About It

Think About It
Cast     : Kim Young Woon
              Ryu Soon Ji


            “Soon Ji-ya, aku rasa hubungan kita cukup sampai di sini.” Ucapannya membuatku terkejut. Dalam kebingungan aku bertanya, “waeyeo, oppa?”
            “Aku sudah menemukan orang lain yang  menurutku pantas denganku. Setelah 19 bulan aku berpacaran dengan mu, aku merasa sebenarnya kita tidak cocok. Maafkan aku Soon Ji-ya.” Tidak kutemukan penyesalan dari kata-katanya mau pun dari matanya. Cih! Dasar namja yang tidak punya hati! Memulai sesukannya dan mengakhiri juga sesukannya!
            “Oh, begitu. Baiklah. Aku juga tidak bisa memaksakan kemauan mu. Terserah kau saja. Mulai sekarang kita berpisah. Kau jalanilah hidup mu sendiri.” Kataku santai, meski dibuat-buat. “Kalau begitu, aku pergi dulu. Aku masih banyak kerjaan. Annyeonghigiseyeo, Young Woon-ssi.”
           Jujur aku masih menyayanginya. 19 bulan bukanlah waktu yang singkat. Meskipun awalnya canggung tetapi, aku tidak bisa menutupi bahwa aku juga menyayanginya. Tapi tidak kusangka semudah itu dia pergi meninggalkan aku.
* * * * *
            “Annyeong, Soonie!” sapa sahabatku Ahn Yoo.
            “Eo... annyeong Yoo-ah.” Balasku tak bersemangat. Sebenarnya aku masih uring-uringan setelah putus dengan Young Woon oppa 3 hari yang lalu.
            “Wae?” tanya Yoo heran. “Tidak biasanya kau seperti ini. Apa yang terjadi?”
            Aku belum  menceritakan pada Yoo tentang apa yang terjadi. Bukannya aku jahat. Tetapi, aku sudah muak mengingat hal itu. Untuk apa aku terus menerus mengingat orang yang bahkan sudah menemukan penggantiku dalam waktu singkat.
            Demi kebaikan, aku berbohong pada Yoo, “gwenchana... Tidak ada yang terjadi. Aku baik-baik saja. Aku hanya lelah karena pekerjaan.”
            “Aku tidak yakin! Aku ini sahabatmu sejak kita SMP kelas 2. Ini sudah memasuki tahun ke 10 aku mengenalmu jadi, kau tidak bisa membohongiku.” Aahh... aku lupa kalau Yoo adalah orang yang paling mengerti aku. Aku baru ingat kalau aku tidak dapat membohonginya.
            “Aku putus dengan Kim Young Woon.” Kata ku tanpa semangat dan gairah.
            “Wae? Wae? Wae?” tanyanya cukup lebay. “Siapa yang memutuskan? Kau? Dia?”
            “Dia.” Jawabku singkat.         
            “Ahh!! Orang itu! Dia yang menyatakan cinta, dia juga yang memutuskan mu. Apa alasan yang dikatakannya?”
            “Dia bilang, selama 19 bulan dia merasa tidak cocok denganku. Dia juga bilang sudah menemukan orang yang baru sebagai pengganti ku.” Kata ku datar. Sangat datar.
            “Apa ku bilang padamu dulu? Dia itu bukan namja yang baik. Sebaiknya kau tolak saja dia saat itu. Masih banyak namja yang mau dengan mu. Aku saja saat itu heran kenpa kau mau menerimannya padahal, banyak namja yang lebih tampan, lebih kaya, lebih pintar, dan lebih baik yang menembakmu. Kenapa kau malah memilih dia.” Bla, bla, bla, bla. Ocehannya sangat panjang! Telingaku akan panas jika aku tidak pergi saat itu juga.
            Aku memutuskan ke toilet. Diperjalanan menuju toilet aku bertemu atasan ku. Dia memanggilku dan mengajak ku masuk ke ruangannya. “Silahkan duduk.” Katanya sopan terhadapku. “Soon ji-ssi, mungkin ini terkesan terburu-buru. Tetapi, aku sangat mengharap bantuanmu. Dapatkah kau melakukannya?”
            “Ne?” aku bingung. Apa maksudnya? Apa yang harus aku lakukan? Kenapa atasanku ini membuatku bingung. “Jika aku bisa, akan aku bantu. Tetapi, apa yang harus aku lakukan?”  jawabku lembut dan sesopan mungkin.
            “Begini...” dia tampak ragu. Tak lama, dia melanjutkan perkataannya, “Jung Young Man harusnya pergi dan menetap di Cina selama 13 bulan untuk mengerjakan proyek baru kita di sana. Tetapi, kan kau tahu bahwa dia kecelakaan 2 hari lalu dan harus dirawat selama kurang lebih 1 bulan. Kita tidak dapat menunggu dia untuk melanjutkan proyek ini. Jadi, apa kau bisa menggantikannya?” kata atasanku itu.
            “Tetapi, kenapa harus aku? Kan ada yang lain.” Sejujurnya aku agak malas. Cina itu padat, panas, dan juga gersang. Aku juga harus menggunakan bahasa Mandarin di sana. Itulah yang membuat aku malas.
            “Karena hanya kaulah yang berbahasa Mandarin cukup baik.”
            Aku berfikir. Jika aku ke Cina, mungkin aku akan mendapat namja baru dan melupakan Young Woon. Tetapi, aku malas bersosialisasi dan mencari teman baru. Aku juga malas menyusun barang ku ketika akan pergi. Dan aku malas membereskan barang ku ketika akan pulang. Sepele mungkin. Tetapi, AKU MALAS!
            “Lalu, bagaimana menurut mu?” atasanku bertanya lagi. Apa aku iyakan saja?
            “Mmm...” aku berfikir lagi sejenak. “Baiklah sajangnim. Aku akan pergi ke Cina. Tapi, beri aku waktu untuk membereskan keperluan ku.”
            “Gwenchana. Kau akan berangkat minggu depan. Berikan dokumen-dokumen mu, biar kantor yang mengurus. Gomabseubnida, Ryu Soon Ji-ssi.”
            “Ne, sajangnim. Cheonmaneyeo.” Kataku sopan sambil membungkuk.
* * * * *
            Sekarang aku sedang di bandara. Tepatnya di ruang tunggu keberangkatan menuju Cina. Orangtua ku mengizinkan aku pergi ke Cina selama 13 bulan. Yoo juga sudah memberitahu Young Woon kalau aku akan ke Cina. Dan tebak, reaksinya biasa saja. Dasar, napeun namja!
            Akhirnya pesawat ku datang. Cina! Here I come!
            Perjalanan beberapa jam ini aku habiskan dengan mendengarkan musik dan tidur. Dan di sinilah aku sekarang, Beijing. Kota yang cukup padat menurutku. Tetapi, bagunan-bagunan di sini bagus-bagus.
            Aku dihantarkan menuju sebuah apartemen yang akan kutempati selama 13 bulan di Cina. Besok aku harus mulai bekerja dan melupakan semua masalah yang ada di Korea.
* * * * *
            13 bulan kemudian...
            Aku menginjakan kaki ku di bandara Incheon. Sudah 13 bulan semenjak ke berangkatan ku ke Cina. Entah apa saja yang sudah terjadi di Korea. Tetapi, menurut Yoo tidak ada perubahan yang menarik. Katanya, hanya rambutnya yang berubah warna. Dasar sahabatku yang satu itu!
* * * * *
            Aku berjalan menuju meja kerja ku. Aku sangat merindukan mejaku ini dan orang-orang di sekitar meja ini. Tidak terasa sudah 13 bulan. Tiba-tiba hp ku berbunyi. Ku lihat di layar hp ada satu sms dari Young Woon.
            From    : Kim Young Woon
                        Annyeong, Soon Ji-ya. Aku dengar kau sudah kembali ke Korea. Apa itu benar?
            To        : Kim Young Woon
                        Hmm... wae?
            From    : Kim Young Woon
                        Dapatkah kita bertemu makan siang nanti? Di restaurant Jepang dekat kantor mu saja. Otte?
            Cih! Mau apalagi dia? Setelah 13 bulan aku bisa melupakan tentangnya. Sekarang dia kembali lagi. Aku malas meladeninya. Semenit kemudian, dia mengirimiku sms lagi.
            From    : Kim Young Woon
                        Otte, Soonie-ah?
            To        : Kim Young Woon
                        Baiklah. Tapi, aku tidak bisa lama-lama.
            From    : Kim Young Woon
                        Eo~ Sampai jumpa nanti siang, Soonie-ah.
            Cih! Sok imut dia! Aahh... mau membicarakan apa sih dia? Aku malas bertemu dengan pria itu lagi. Aku kira dia akan membiarkan ku hidup tenang. Tapi ternyata...
            Aku menyeret langkah ku menuju restauran Jepang yang dimaksud si Kang In –panggilan Young Woon–. Kulihat dia sudah duduk disalah satu meja. Dia tersenyum ke arahku. Najis! Senyum yang menjijikan.
            “Wae?” tanyaku langsung sambil membenarkan posisi duduk ku.
            “Anni... aku hanya ingin bertemu kau dan makan dengan mu.” Katanya sambil tersenyum aneh. Entah apa maksud senyum menggelikan itu. Aku hanya mengangkat alisku seraya berkata, “jangan membuang waktu ku! Aku masih banyak kerjaan. Kalau tidak ada lagi yang ingin kau bicarakan, aku pergi.” Aku hendak bangkit dari duduk ku tetapi, dia menahan ku.
            “Duduklah sebentar lagi. Aku ingin berbicara banyak dengan mu. Pesanlah makanan mu dulu. Sambil kita makan, sambil kita berbicara.”
           Aku memesan udon kari dan lemon tea. Tak berapa lama pesanan kami datang. Dia memulai pembicaaraan, yang sebenarnya malas aku lakukan. “Apa kabarmu?” pertanyaan basa-basi!
            “Baik.”jawabku singkat dan ogah-ogahan.
            “Bagaimana keadaan di Cina?” satu lagi pertanyaan basa-basi! Aku tahu dia sudah belasan kali ke Cina.
            “Bukankah sudah belasan kali kau pergi ke sana? Kenapa masih menanyakan keadaan di sana?” kataku ketus. Sudah tahu aku lagi makan, malah diajak ngobrol. Rasakan kau ke semprot!
            “Hahaha...” dia tertawa garing. “Bukan keadaan Cina yang kumaksud. Tetapi, keadaan mu di sana.” Apa namja ini babo? Kan sudah kubilang aku baik-baik saja!
            “Apa kau tidak ingat perkataan ku 15 detik yang lalu? Kan sudah ku katakan aku baik-baik saja.”
            “Hahaha... mianhae.” Dia menggigit sushinya, “apa kau sudah mendapat namja chingu baru?”
            “Belum. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Aku tidak bisa bersantai-santai hanya untuk sekedar mencari seseorang yang hanya akan merepotkan ku nantinya. Aku sekarang ingin fokus ke pekerjaan ku. Dan Young Woon-ssi, biarkan aku makan dulu baru kau berbicara sepuasnya. Dasar! Tidak sabaran!” sedetik kemudian dia sudah diam. Mampuskau ku semprot sekali lagi. Lagian, berisik sih!
          Setelah selesai makan aku mempersilahkannya berbicara, “sekarang katakan apa yang ingin kau bicarakan.”
            “Soon Ji-ah, kembalilah bersamaku. Aku baru menyadari kalau kau tak terganti. Aku tidak merasa cocok dengan Kyu Won. Aku sekarang merasakan bahwa, kaulah yeoja yang paling tepat untuk ku. Bahkan, selama aku jalan dengan Kyu Won yang kuingat hanya kau. Yang kulihat adalah kau, bukan Kyu Won. Aku ingin kembali dengan mu, Soonie-ah. Aku mohon kembalilah. Jangan tinggalkan aku lagi. Aku juga minta maaf atas perkataanku beberapa bulan yang lalu. Aku tidak serius dengan pekataanku itu. Jebal Soonie-ah, jebal.” Katanya panjang kali lebar kali tinggi.
            Apa katanya? Aku tak terganti? Baru sadar dia. Aku yeoja yang paling tepat untuknya? Kata siapa?! Dia hanya mengingatku? Bulshit! Dia ingin kembali dengan ku? Memangnya aku apa? Ditinggal seenaknya dan didekati seenaknya!
            “Apa katamu? Apa aku tidak salah dengar? Aku tak terganti, katamu? Aku yeoja yang paling tepat untukmu, kau bilang? Kau bilang kau hanya mengingatku? Kemudian kau bilang ingin kembali denganku?” aku menekankan setiap kata-kataku.
            “Jangan bercanda Kang In-ah!” aku tahu dia tidak suka dipanggil Kang In. “Mungkin kau anggap gampang meninggalkan ku. Tapi, tidak gampang untuk kembali dengan ku. Lagipula kau sudah punya Kyu Won. Kau ingin meninggalkan Kyu Won hanya demi kembali dengan ku? Kyu Won wanita dan aku juga wanita. Aku tau apa yang akan dirasakan Kyu Won ketika tahu hal ini.” Selesai aku membacotinya, aku beranjak dari kursi ku. Selama aku berjalan, aku mendengar dia terus memanggil nama ku mengatakan jangan pergi.
            Aku menghentikan langkah ku dan membalikan badan ku menuju mejanya. Ku lihat dia tersenyum senang. Pasti dia ge-er. Sedetik kemudian aku sampai di mejanya. “Young Woon-ah, jangan pernah mempermainkan perasaan oranglain. Jangan juga menjadi orang yang labil. Jangan suka merubah-rubah keputusan. Jangan meninggalkan sesuatu hanya karena kau bosan.” Dia hanya terdiam mendengar perkataanku.
            “Mulai sekarang, tentukanlah apa yang ingin kau lakukan. Tentukan apa yang kau sukai. Tentukan pilihan yang menurutmu terbaik untuk mu. Untuk memikirkan itu semua kau membutuhkan waktu. Tidak dengan 1 jam, 10 jam, 1 hari, atau 1 minggu. Kau mungkin akan membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ku harap kau bahagia dengan kehidupan mu.” Kata ku sambil tersenyum.
            Dia masih terdiam sambil memandangi ku. Aku melanjutkan, “jika kau membutuhkan ku, kau bisa menghubungi nomorku. Walaupun kita tidak lagi sepasang kekasih, kita masih bisa bersahabat.” Lagi-lagi aku memberikan senyumanku padanya.
            Dia juga tersenyum membalas senyuaman ku, “gomawo, Soonie-ah. Aku akan memikirkan kata-kata yang kau bilang tadi. Aku akan memikirkan apa yang terbaik untuk ku, apa yang aku sukai, dan apa yang ingin aku lakukan. Tapi, bantulah aku jika aku kesulitan. Mulai sekarang jadilah sahabatku yang selalu membantuku.”
            “Eo! Pasti, chingu-ya!” kataku. Kami pun bersalaman. Dan ini adalah tanda mulainya hubungan kami yang baru. Hubungan persahabatan.
–The End–

No comments:

Post a Comment