Think About It
Cast :
Kim Young Woon
Ryu Soon Ji
“Soon
Ji-ya, aku rasa hubungan kita cukup sampai di sini.” Ucapannya membuatku
terkejut. Dalam kebingungan aku bertanya, “waeyeo, oppa?”
“Aku
sudah menemukan orang lain yang
menurutku pantas denganku. Setelah 19 bulan aku berpacaran dengan mu,
aku merasa sebenarnya kita tidak cocok. Maafkan aku Soon Ji-ya.” Tidak
kutemukan penyesalan dari kata-katanya mau pun dari matanya. Cih! Dasar namja
yang tidak punya hati! Memulai sesukannya dan mengakhiri juga sesukannya!
“Oh,
begitu. Baiklah. Aku juga tidak bisa memaksakan kemauan mu. Terserah kau saja.
Mulai sekarang kita berpisah. Kau jalanilah hidup mu sendiri.” Kataku santai,
meski dibuat-buat. “Kalau begitu, aku pergi dulu. Aku masih banyak kerjaan.
Annyeonghigiseyeo, Young Woon-ssi.”
Jujur
aku masih menyayanginya. 19 bulan bukanlah waktu yang singkat. Meskipun awalnya
canggung tetapi, aku tidak bisa menutupi bahwa aku juga menyayanginya. Tapi
tidak kusangka semudah itu dia pergi meninggalkan aku.
* * * * *
“Annyeong,
Soonie!” sapa sahabatku Ahn Yoo.
“Eo...
annyeong Yoo-ah.” Balasku tak bersemangat. Sebenarnya aku masih uring-uringan
setelah putus dengan Young Woon oppa 3 hari yang lalu.
“Wae?”
tanya Yoo heran. “Tidak biasanya kau seperti ini. Apa yang terjadi?”
Aku
belum menceritakan pada Yoo tentang apa
yang terjadi. Bukannya aku jahat. Tetapi, aku sudah muak mengingat hal itu.
Untuk apa aku terus menerus mengingat orang yang bahkan sudah menemukan
penggantiku dalam waktu singkat.
Demi
kebaikan, aku berbohong pada Yoo, “gwenchana... Tidak ada yang terjadi. Aku
baik-baik saja. Aku hanya lelah karena pekerjaan.”
“Aku
tidak yakin! Aku ini sahabatmu sejak kita SMP kelas 2. Ini sudah memasuki tahun
ke 10 aku mengenalmu jadi, kau tidak bisa membohongiku.” Aahh... aku lupa kalau
Yoo adalah orang yang paling mengerti aku. Aku baru ingat kalau aku tidak dapat
membohonginya.
“Aku
putus dengan Kim Young Woon.” Kata ku tanpa semangat dan gairah.
“Wae?
Wae? Wae?” tanyanya cukup lebay. “Siapa yang memutuskan? Kau? Dia?”
“Dia.”
Jawabku singkat.
“Ahh!!
Orang itu! Dia yang menyatakan cinta, dia juga yang memutuskan mu. Apa alasan
yang dikatakannya?”
“Dia
bilang, selama 19 bulan dia merasa tidak cocok denganku. Dia juga bilang sudah
menemukan orang yang baru sebagai pengganti ku.” Kata ku datar. Sangat datar.
“Apa
ku bilang padamu dulu? Dia itu bukan namja yang baik. Sebaiknya kau tolak saja
dia saat itu. Masih banyak namja yang mau dengan mu. Aku saja saat itu heran
kenpa kau mau menerimannya padahal, banyak namja yang lebih tampan, lebih kaya,
lebih pintar, dan lebih baik yang menembakmu. Kenapa kau malah memilih dia.”
Bla, bla, bla, bla. Ocehannya sangat panjang! Telingaku akan panas jika aku
tidak pergi saat itu juga.
Aku
memutuskan ke toilet. Diperjalanan menuju toilet aku bertemu atasan ku. Dia
memanggilku dan mengajak ku masuk ke ruangannya. “Silahkan duduk.” Katanya
sopan terhadapku. “Soon ji-ssi, mungkin ini terkesan terburu-buru. Tetapi, aku sangat
mengharap bantuanmu. Dapatkah kau melakukannya?”
“Ne?”
aku bingung. Apa maksudnya? Apa yang harus aku lakukan? Kenapa atasanku ini
membuatku bingung. “Jika aku bisa, akan aku bantu. Tetapi, apa yang harus aku
lakukan?” jawabku lembut dan sesopan mungkin.
“Begini...”
dia tampak ragu. Tak lama, dia melanjutkan perkataannya, “Jung Young Man
harusnya pergi dan menetap di Cina selama 13 bulan untuk mengerjakan proyek
baru kita di sana. Tetapi, kan kau tahu bahwa dia kecelakaan 2 hari lalu dan
harus dirawat selama kurang lebih 1 bulan. Kita tidak dapat menunggu dia untuk
melanjutkan proyek ini. Jadi, apa kau bisa menggantikannya?” kata atasanku itu.
“Tetapi,
kenapa harus aku? Kan ada yang lain.” Sejujurnya aku agak malas. Cina itu
padat, panas, dan juga gersang. Aku juga harus menggunakan bahasa Mandarin di
sana. Itulah yang membuat aku malas.
“Karena
hanya kaulah yang berbahasa Mandarin cukup baik.”
Aku
berfikir. Jika aku ke Cina, mungkin aku akan mendapat namja baru dan melupakan
Young Woon. Tetapi, aku malas bersosialisasi dan mencari teman baru. Aku juga
malas menyusun barang ku ketika akan pergi. Dan aku malas membereskan barang ku
ketika akan pulang. Sepele mungkin. Tetapi, AKU MALAS!
“Lalu,
bagaimana menurut mu?” atasanku bertanya lagi. Apa aku iyakan saja?
“Mmm...”
aku berfikir lagi sejenak. “Baiklah sajangnim. Aku akan pergi ke Cina. Tapi,
beri aku waktu untuk membereskan keperluan ku.”
“Gwenchana.
Kau akan berangkat minggu depan. Berikan dokumen-dokumen mu, biar kantor yang
mengurus. Gomabseubnida, Ryu Soon Ji-ssi.”
“Ne,
sajangnim. Cheonmaneyeo.” Kataku sopan sambil membungkuk.
* * * * *
Sekarang
aku sedang di bandara. Tepatnya di ruang tunggu keberangkatan menuju Cina.
Orangtua ku mengizinkan aku pergi ke Cina selama 13 bulan. Yoo juga sudah
memberitahu Young Woon kalau aku akan ke Cina. Dan tebak, reaksinya biasa saja.
Dasar, napeun namja!
Akhirnya
pesawat ku datang. Cina! Here I come!
Perjalanan
beberapa jam ini aku habiskan dengan mendengarkan musik dan tidur. Dan di
sinilah aku sekarang, Beijing. Kota yang cukup padat menurutku. Tetapi,
bagunan-bagunan di sini bagus-bagus.
Aku
dihantarkan menuju sebuah apartemen yang akan kutempati selama 13 bulan di
Cina. Besok aku harus mulai bekerja dan melupakan semua masalah yang ada di
Korea.
* * * * *
13 bulan kemudian...
Aku
menginjakan kaki ku di bandara Incheon. Sudah 13 bulan semenjak ke berangkatan
ku ke Cina. Entah apa saja yang sudah terjadi di Korea. Tetapi, menurut Yoo
tidak ada perubahan yang menarik. Katanya, hanya rambutnya yang berubah warna.
Dasar sahabatku yang satu itu!
* * * * *
Aku
berjalan menuju meja kerja ku. Aku sangat merindukan mejaku ini dan orang-orang
di sekitar meja ini. Tidak terasa sudah 13 bulan. Tiba-tiba hp ku berbunyi. Ku
lihat di layar hp ada satu sms dari Young Woon.
From : Kim Young Woon
Annyeong,
Soon Ji-ya. Aku dengar kau sudah kembali ke Korea. Apa itu benar?
To : Kim Young Woon
Hmm...
wae?
From : Kim Young Woon
Dapatkah
kita bertemu makan siang nanti? Di restaurant Jepang dekat kantor mu saja.
Otte?
Cih!
Mau apalagi dia? Setelah 13 bulan aku bisa melupakan tentangnya. Sekarang dia
kembali lagi. Aku malas meladeninya. Semenit kemudian, dia mengirimiku sms
lagi.
From : Kim Young Woon
Otte,
Soonie-ah?
To : Kim Young Woon
Baiklah.
Tapi, aku tidak bisa lama-lama.
From : Kim Young Woon
Eo~
Sampai jumpa nanti siang, Soonie-ah.
Cih!
Sok imut dia! Aahh... mau membicarakan apa sih dia? Aku malas bertemu dengan
pria itu lagi. Aku kira dia akan membiarkan ku hidup tenang. Tapi ternyata...
Aku
menyeret langkah ku menuju restauran Jepang yang dimaksud si Kang In –panggilan
Young Woon–. Kulihat dia sudah duduk disalah satu meja. Dia tersenyum ke
arahku. Najis! Senyum yang menjijikan.
“Wae?”
tanyaku langsung sambil membenarkan posisi duduk ku.
“Anni...
aku hanya ingin bertemu kau dan makan dengan mu.” Katanya sambil tersenyum aneh.
Entah apa maksud senyum menggelikan itu. Aku hanya mengangkat alisku seraya
berkata, “jangan membuang waktu ku! Aku masih banyak kerjaan. Kalau tidak ada
lagi yang ingin kau bicarakan, aku pergi.” Aku hendak bangkit dari duduk ku
tetapi, dia menahan ku.
“Duduklah
sebentar lagi. Aku ingin berbicara banyak dengan mu. Pesanlah makanan mu dulu.
Sambil kita makan, sambil kita berbicara.”
Aku
memesan udon kari dan lemon tea. Tak berapa lama pesanan kami datang. Dia
memulai pembicaaraan, yang sebenarnya malas aku lakukan. “Apa kabarmu?”
pertanyaan basa-basi!
“Baik.”jawabku
singkat dan ogah-ogahan.
“Bagaimana
keadaan di Cina?” satu lagi pertanyaan basa-basi! Aku tahu dia sudah belasan
kali ke Cina.
“Bukankah
sudah belasan kali kau pergi ke sana? Kenapa masih menanyakan keadaan di sana?”
kataku ketus. Sudah tahu aku lagi makan, malah diajak ngobrol. Rasakan kau ke
semprot!
“Hahaha...”
dia tertawa garing. “Bukan keadaan Cina yang kumaksud. Tetapi, keadaan mu di
sana.” Apa namja ini babo? Kan sudah kubilang aku baik-baik saja!
“Apa
kau tidak ingat perkataan ku 15 detik yang lalu? Kan sudah ku katakan aku
baik-baik saja.”
“Hahaha...
mianhae.” Dia menggigit sushinya, “apa kau sudah mendapat namja chingu baru?”
“Belum.
Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Aku tidak bisa bersantai-santai hanya
untuk sekedar mencari seseorang yang hanya akan merepotkan ku nantinya. Aku
sekarang ingin fokus ke pekerjaan ku. Dan Young Woon-ssi, biarkan aku makan
dulu baru kau berbicara sepuasnya. Dasar! Tidak sabaran!” sedetik kemudian dia
sudah diam. Mampuskau ku semprot sekali lagi. Lagian, berisik sih!
Setelah
selesai makan aku mempersilahkannya berbicara, “sekarang katakan apa yang ingin
kau bicarakan.”
“Soon
Ji-ah, kembalilah bersamaku. Aku baru menyadari kalau kau tak terganti. Aku
tidak merasa cocok dengan Kyu Won. Aku sekarang merasakan bahwa, kaulah yeoja
yang paling tepat untuk ku. Bahkan, selama aku jalan dengan Kyu Won yang
kuingat hanya kau. Yang kulihat adalah kau, bukan Kyu Won. Aku ingin kembali
dengan mu, Soonie-ah. Aku mohon kembalilah. Jangan tinggalkan aku lagi. Aku
juga minta maaf atas perkataanku beberapa bulan yang lalu. Aku tidak serius
dengan pekataanku itu. Jebal Soonie-ah, jebal.” Katanya panjang kali lebar kali
tinggi.
Apa
katanya? Aku tak terganti? Baru sadar dia. Aku yeoja yang paling tepat
untuknya? Kata siapa?! Dia hanya mengingatku? Bulshit! Dia ingin kembali dengan
ku? Memangnya aku apa? Ditinggal seenaknya dan didekati seenaknya!
“Apa
katamu? Apa aku tidak salah dengar? Aku tak terganti, katamu? Aku yeoja yang
paling tepat untukmu, kau bilang? Kau bilang kau hanya mengingatku? Kemudian
kau bilang ingin kembali denganku?” aku menekankan setiap kata-kataku.
“Jangan
bercanda Kang In-ah!” aku tahu dia tidak suka dipanggil Kang In. “Mungkin kau
anggap gampang meninggalkan ku. Tapi, tidak gampang untuk kembali dengan ku.
Lagipula kau sudah punya Kyu Won. Kau ingin meninggalkan Kyu Won hanya demi
kembali dengan ku? Kyu Won wanita dan aku juga wanita. Aku tau apa yang akan
dirasakan Kyu Won ketika tahu hal ini.” Selesai aku membacotinya, aku beranjak
dari kursi ku. Selama aku berjalan, aku mendengar dia terus memanggil nama ku
mengatakan jangan pergi.
Aku
menghentikan langkah ku dan membalikan badan ku menuju mejanya. Ku lihat dia
tersenyum senang. Pasti dia ge-er. Sedetik kemudian aku sampai di mejanya.
“Young Woon-ah, jangan pernah mempermainkan perasaan oranglain. Jangan juga
menjadi orang yang labil. Jangan suka merubah-rubah keputusan. Jangan
meninggalkan sesuatu hanya karena kau bosan.” Dia hanya terdiam mendengar
perkataanku.
“Mulai
sekarang, tentukanlah apa yang ingin kau lakukan. Tentukan apa yang kau sukai.
Tentukan pilihan yang menurutmu terbaik untuk mu. Untuk memikirkan itu semua
kau membutuhkan waktu. Tidak dengan 1 jam, 10 jam, 1 hari, atau 1 minggu. Kau
mungkin akan membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ku harap
kau bahagia dengan kehidupan mu.” Kata ku sambil tersenyum.
Dia
masih terdiam sambil memandangi ku. Aku melanjutkan, “jika kau membutuhkan ku,
kau bisa menghubungi nomorku. Walaupun kita tidak lagi sepasang kekasih, kita
masih bisa bersahabat.” Lagi-lagi aku memberikan senyumanku padanya.
Dia
juga tersenyum membalas senyuaman ku, “gomawo, Soonie-ah. Aku akan memikirkan
kata-kata yang kau bilang tadi. Aku akan memikirkan apa yang terbaik untuk ku,
apa yang aku sukai, dan apa yang ingin aku lakukan. Tapi, bantulah aku jika aku
kesulitan. Mulai sekarang jadilah sahabatku yang selalu membantuku.”
“Eo!
Pasti, chingu-ya!” kataku. Kami pun bersalaman. Dan ini adalah tanda mulainya
hubungan kami yang baru. Hubungan persahabatan.
–The End–
No comments:
Post a Comment