Wednesday, April 11, 2012

[Fan Fiction] It's Me

It’s Me
Author : Nabila .A.M. ( Kang Yoo Na )
Cast :
- Oh Han Ni
- Lee Dong Hae
- Lee Dong Hwa



– Han Ni POV –
            Aku, Oh Han Ni istri dari Lee Dong Hae Super junior. Mungkin banyak yang tidak percaya, tetapi memang begitu kenyataannya. Kami menikah karena sebab yang aneh.

FLASHBACK 9 Bulan lalu
Di rumah keluarga Lee...
            Dong Hae mendapat telepon dari Eommanya ketika dia sedang rekaman lagu untuk album ke 6 Super Junior. “Dong Hae-ya, Eomma ingin berbicara dengan mu.” Kata Eommanya Dong Hae sambil terbatuk-batuk.
            “Ne, Eomma. Waeyeo?”
            “Eomma ingin kau segera menikah. Umur mu sudah 29 tahun, dan umur Korea mu sudah 30 tahun. Eomma ingin kau cepat menikah dan Eomma bisa memiliki cucu. Lagipula, Eomma sudah semakin sakit-sakitan. Uhuk!!! Uhuk!!! Uhuk!!!” kata Eomma Dong Hae sambil terbatuk heboh di Mokpo sana.
            “Tapi, Eomma... Aku masih ingin berkarir. Lagipula, kan ada Dong Hwa hyung.” Elak Dong Hae.
            “Dia sudah menikah tetapi belum memberiku cucu juga. Aku sudah lelah menunggu. Mungkin dia masih butuh 5 tahun lagi untuk memberiku cucu. Uhuk!!! Uhuk!!! Uhuk!!!” terdengar lagi suara batuk, “Almarhum Appa mu punya teman SMP yang mau menikahkan anaknya denganmu. Dan, 4 hari lagi Eomma akan ke Seoul untuk melamar anak teman Appa mu.”
            “Tapi, Eomma...” kata-kata Dong Hae terputus bersamaan dengan sambungan telepon yang terputus.
Di rumah keluarga Oh...
“Han Ni-ya, Appa rasa sudah saatnya kau menikah.” Kata Appa Han Ni suatu hari.
            “Tidak secepat ini, Appa! Hhh...” dengus Han Ni. “Umurku masih 28 tahun. Aku masih ingin bekerja. Lagipula.....” Han Ni menggantung kalimatnya.
            “Lagipula, apa?” tanya Eommanya.
            “Aku... aku... aku belum punya pacar.” Katanya dipelankan, malu.
            “Justru itu! Appa sudah menemukan seseorang untuk mu! Kau pasti akan menyukai orang itu.” Kata Appanya antusias.
            “Aku tidak mau dijodohkan. Ini bukan zamannya Chun Hyang! Lagian, aku tidak kenal siapa orang yang Appa jodohkan padaku.” Han Ni memberi jeda untuk mengambil nafas, “bagaimana kalau sebenarnya dia sudah menikah? Bagaimana kalau dia seorang narapidana? Bagaimana kalau dia seorang tukang siksa?” kata Han Ni mulai mengada-ada.
            “Kau tidak perlu khawatir. Dia orang baik. Dia lebih tua 1 tahun dari mu. Almarhum Appanya teman Appa ketika SMP. Kau juga mengenalnya.”
            “Siapa? Kenal di mana?” kata Han Ni mulai ketus.
            “Dia orang terkenal!” kata Eommanya mulai berteka-teki. Han Ni mengangkat sebelah alisnya. Dia mengira ini semua lelucon. “Eomma tidak bercanda!” kata Eommanya yang mengerti maksud Han Ni.
            “Hahahaha...” tiba-tiba Han Ni tertawa.
            “Wae? Kenapa kau tertawa? Eomma mu serius!” bentak Appa Han Ni.
            “Hahaha... Siapa dia? Eric Shinhwa? Gi Kwang Beast? Chang Min Dong Bang Shin Ki? Min Woo Boyfriend? Gong Chan B1A4? Lee Teuk Super Junior? Hahahahahahaha.....” kata Han Ni masih tertawa puas.
            “Aku pusing siapa yang kau sebutkan tadi! Tapi, sepertinya dia temannya si Lee Deuk Super Junior itu.” Kata Appa Han Ni.
            “Aigoo... Appa! Namanya Lee Teuk bukan Lee Deuk.” Han Ni berkata sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
            “Terserahlah! Namanya Lee Dong Hae. Dia anggota Super Hoobae (bahasa Koreannya Junior).” Kata Appa Han Ni yang salah menyebut nama.
            “App... App... Appa... Namanya Sup... Sup... Super Ju... Ju... Junior.” Kata Han Ni terbata-bata, “Da... Dan... Dan... AKU MAU DINIKAHKAN DENGANNYAAAAAAA!!” tiba-tiba saja Han Ni berubah menjadi bersemangat. Bagaimana tidak? Dia akan dinikahkan dengan bias yang paling dicintainya!
FLASBACK END

– Back to Han Ni POV –
Memang awalnya aku senang. Tetapi, tidak setelah menikah. Rumah yang sepi, suami yang sibuk dan cuek, itu yang aku dapatkan dari pernikahan 7 bulan ini. Pernikahan ini semakin membosankan! Dong Hae oppa jarang berbicara denganku. Makanpun aku sendiri!
Tiba-tiba pintu rumahku terbuka. Ku lihat Dong Hae oppa memasuki rumah. “Oh! Oppa sudah pulang.” Kataku berbasa-basi. Tumben sekali dia sudah pulang. Biasanya dia pulang malam sedangkan, ini masih jam 6PM. Apalagi, ini sudah memasuki Super Show 5. Harusnya dia lebih sibuk.
“Hmm...” hanya itu jawaban darinya. Dia yang sedang menaiki tangga tiba-tiba berhenti lalu, berkata, “besok Dong Hwa hyung akan datang.” Katannya menginfokan.
            “Jinjja?” kataku dengan semangat melebihi orang yang akan perang. “baiklah! Aku akan memasak makanan yang enak-enak untuknya.” Kataku sambil menepuk-nepuk tangan. Tetapi, Dong Hae oppa hanya melengos.
            Biarlah! Paling tidak besok Dong Hwa oppa akan datang dan aku tidak aakn sendirian untuk beberapa hari. Lagipula, sudah lama aku tak bertemu Dong Hwa oppa. Oh, ya! Dong Hwa oppa adalah kembaran Dong Hae oppa. Hanya saja, Dong Hwa oppa ‘dicetak’ 8 menit lebih cepat.

– Dong Hae POV –
                    Aku pulang cepat hari ini karena aku lelah sekali. Aku memasuki rumah dan ku lihat Han Ni sedang duduk minum teh di pantry. “Oh!” dia terkejut, “Oppa sudah pulang.” Katanya.
                    Karena aku lelah, aku hanya bergumam, “Hmm...” Lalu aku melanjutkan, “oh, ya. Besok Dong Hwa hyung akan datang.”
                    “Jinjja?” baiklah aku akan memasak makanan yang enak-enak untuknya.” Katanya heboh sambil menepuk-nepuk tangan. Cih! Segitu senangkah dia?

– Author POV –
                    Esok paginya, Dong Hwa datang ke rumah Dong Hae – Han Ni membawa beberapa oleh-oleh khas Mokpo salah satunya melon oriental. “Hyung!” jerit Dong Hae sambil memeluk Dong Hwa.
                    “Dong Hae-ya!” Bogosipda!” kata Dong Hwa yang juga senang. Mereka berpelukan lama melepas rindu. Tak lama, Han Ni berdeham, lalu melanjutkan, “kurasa oppa tidak merindukan ku.” Sindirnya.
                    “Hahaha... Anniya, Han Ni. Nado, niga bogosipo.” Kata Dong Hwa sambil memeluk Han Ni.
                    “Mari hyung, masuk! Jangan hanya di depan pintu.” Dong Hae mengingatkan.
                    Esok siangnya, Dong Hae pergi karena diundang makan oleh temannya yan berulang tahun. Di rumah hanya ada Han Ni dan Dong Hwa. Dong Hwa dan Han Ni sebenarnya cukup akrab. Dong Hwa selalu berada di pihak Han Ni jika dia bertengkar dengan Dong Hae (walau cuma sekali). Mungkin, kalau Dong Hwaa belum menikah, Han Ni lebih memilih Dong Hwa.
                    “Oppa, tubuhmu tambah berotot saja.” Kata Han Ni sambil memegang oto Dong Hwa. “Apa kau ingin mengalahkan oto suamiku?” Han Ni bertanya mencurigai Dong Hwa.
                    Dong Hwa mendengus sambil tersenyum, “untuk apa aku mengalahkan ototnya? Kami tidak sedang mengikuti L-Men Contest!” Han Ni tertawa mendengar jawaban Dong Hwa.
                    “Kenapa kau tertawa? Aku serius!” Dong Hwa sedikit sensi.
                    “Hahaha...  mianhaeyeo, oppa!” kata Han Ni disela-sela tawanya.
                    “Tapi, baguslah kalau kau tertawa.” Dong Hwa bersuara pelan.
                    “Mwo? Kenapa oppa?” Han Ni berhenti tiba-tiba. Dia mendengar kata-kata Dong Hwa.
                    “Kau kan tidak pernah tertawa seperti ini selama menikah.” Dong Hwa menatap Han Ni lekat.
                    “Mu... Mus... Musunsoriya?” kata Han Ni terbata-bata. Dong Hwa tau itu tidak benar. Apalagi, Han Ni mengulaskan senyum memaksa di wajahnya. “Oppa ini sudah mau waktunya makan malam. Oppa mau makan apa?” kata Han Ni memecah keheningan.
                    “Masakan aku sup udang pedas saja!” katanya antusias.
                    “Ne, oppa! Tunggulah sebentar. Aku juga akan membuatkanmu jabchae ‘surga’ kesukaan mu.” Kata Han Ni bersemangat.
                    “Ne, ne, ne!”

– Han Ni POV –
                    Tumben Dong Hwa oppa minta dibuatkan sup udang pedas. Biasanya dia akan minta dibuatkan jabchae. Kata dia, jabcahe buatanku seperti jabchae buatan dari surga.

– Author POV –
                    Han Ni dan Dong Hwa makan sambil ngobrol. “Bagaimana menurutmu pernikahan 7 bulan ini?” tanya Dong Hwa, “jawab dengan jujur!” tambahnya seakan tahu kalau Han Ni aka berbohong.
                    “Biasa saja.” Kata Han Ni simpul.
                    “Wae? Wae? Wae?” tanya Dong Hwa lebay.
                    “Keadaan ku setelah menikah malah lebih buruk. Han Ni menarik nafas dan melanjutkana, “biasanya aku jarang makan sendiri, sekarang aku hampir setiap hari makan sendiri.” Han Ni tersenyum miris. “Biasanya aku di rumah tidak bisa diam. Aku orang yang aktif dan cerewet. Tetapi, aku sekarang hanya bisa diam. Tidak ada yang bisa ku ajak berbicar. Dong Hae oppa tidak mau berbicara dengan ku.” Han Ni menyelesaikan ceritanya.
                    “Mianhaeyeo, Han Ni-ya.” Kata Dong Hwa lembut.
                    “Kenapa oppa meminta maaf? Ini tidak ada hubungannya dengan oppa.” Han Ni berkata sambil mengelus punggung tangan Dong Hwa.
                    “Aku minta maaf karena ini salahku.”
                    “Ye?” tanya Han  Ni bingung.
                    “Harusnya aku bisa menasehatinya. Aku kan lebih tua 8 menit darinya.” oceh Dong Hwa sambil menghabiskan nasi terakhirnya. Tetapi, Han Ni malah tertawa karena menganggap itu lucu.
                    Tak berapa lama, Dong Hae pulang. “Oh! Kau sudah pulang apa kau sudah makan?” tanya Dong Hwa.
                    “Eo! Sudah hyung.” Katanya tersenyum kecil, “Hyung, Han Ni-ya, aku ke kamar dulu, ya.”
                    “N... Ne...” Han Ni melirik heran ke arah Dong Hwa. “Dia kenapa? Tumben mau ke kamar saja izin.
                    “M... Mwo? Mungkin karena ada aku.” Dong Hwa juga tampak terkejut. “Aku ke kamar menyusul Dong Hae dulu, ya.”
                    “Ne, oppa.” Han Ni mengangguk. Dong Hwa meneguk minumannya lalu menyusul Dong Hae ke kamar.
Esok paginya...
                    Dong Hae pagi-pagi sekali sudah pergi. Alasannya dia ingin latihan untuk Super Show  5. Jadilah Dong Hwa berdua lagi dengan Han Ni. Mereka sarapan bersama. Setelah sarapan, satu persatu dari mereka mandi. Lalu, mereka duduk mengobrol di balkon atas rumah Dong Hae – Han Ni.
                    “Pagi ini cerah, ya.” Kata Han Ni memulai pembicaraan.
                    “Eo! Oh, ya. Apa kau tidak ada pekerjaan?”
                    “Anni, aku sedang tidak mengerjakan novel tau naskah apapun oppa.” Han Ni tanpa menoleh ke arah Dong Hwa. Dia sedang menikmati udara pagi yang segar. Memang pekerjaannya adalah sebagai penulis. Itu merupakan hobi dan cita-citanya sejak dia kecil.
                    “Baguslah. Kau jadi ada waktu beristirahat.” Dong Hwa tersenyum simpul. “Han Ni-ya.”
                    “Ne, oppa.” Dia mengarahkan wajahnya ke Dong Hwa.
                    “Boleh kah aku mendengar cerita mu tentang pernikah mu?” kata Dong Hwa takut-takut.
                    “Maksudnya?”
                    “Pernikahanmu dengan Dong Hae misalnya. Bagaimana kesan mu. Atau... apa yang kau inginkan darinya.” kata Dong Hwa memperjelas maksudnya.
                    “Oh... soal itu.” Han Ni tersenyum. “Tidak ada yang salah sebenarnya dengan pernikahan ini. Hanya saja, rumah ini terlalu sepi. Dong Hae oppa juga terlalu cuek. Hanya itu saja.” Han Ni mengakhiri ceritanya.
                    “Mungkin dia bukan cuek. Tetapi, dia malu.” kata Dong Hwa memberi nasihat.
                    “Mungkin... tapi, sebenarnya aku juga malu berbicara dengannya. Aku sebenarnya bukan orang yang bisa mengobrol dengan orang yang jarang berbicara dengan ku. Aku sebenarnya agak pemalu. Hanya kepada orang yang ku kenal aku dapat berbicara panjang lebar. Hehehe...” Han Ni tertawa gaje. Disambut dengan senyuman Dong Hwa.
                    “Hal apa saja yang kau ingin kan dari Dong Hae?”
                    “Hanya ada dua. Aku tidak ingin harta. Aku juga tidak berharap dia mau menjalankan tugas sebagai suami sepenuhnya. Aku hanya berharap dia bisa sedikit menerimaku dan...” Han Ni menggantung kalimatnya.
                    “Apa lagi yang kau inginkan darinya?” Dong Hwa penasaran.
                    “Aku ingin dia memainkan sebuah lagu untuk ku menggunakan gitar.”
                    “Hahaha... hanya hal sederhana itu.” Dong Hwa terbahak.
                    “Aku serius oppa!” Han Ni memajukan sedikit bibirnya tanda dia cemberut.
                    “Arraseo, arraseo.Aku akan coba memainkan sebuah lagu untuk mu. Kau ingin lagu apa?”
                    “Aku ingin oppa menyanyikan Falling Slowly. Seperti Sung Min oppa atau Hyuk Jae oppa atau Teukie oppa. Kalau bisa lebih bagus dari mereka bertiga!” oceh Han Ni semangat.
                    “Hmm... Lagu lama. Tapi, tidak apa-apa. Aku akan menyanyikannya.” Dong Hwa mengambil gitar lalu menyanyikan Falling Slowly. Han Ni menutup matanya. Sambil dia mendengar Dong Hwa bernyanyi dia juga menikmati udara pagi yang sejuk.
                    Dia sangat senang hari ini. Dia merasa sedang bersama dengan Dong Hae. Jantungnya berdegup kencang seketika mengingat nama suaminnya itu. Dong Hwa menyelesaikan lagunya.
                    “Otte?” tanya Dong Hwa pada Han Ni. Han Ni hanya mengangguk antusias. “Aku ingin mewawancarai mu.” Kata Dong Hwa tiba-tiba. Han Ni yang tidak mengerti pun menanyakan maksud Dong Hwa. “Maksud oppa?”
                    “Aku ingin menanyaimu beberapa pertanyaan.”
                    “Ok! Pertanyaan apa itu?” tantang Han Ni.
                    “Tapi sebelumnya, kau harus berjanji untuk menjawab jujur. Bagaimana?” tantang Dong Hwa balik.
                    “Ok!”
                    “Kita mulai sekarang. Sejak kapan kau mengenal Super Junior?” pertanyaan pertama itu meluncur dari mulut Dong Hwa.
                    “Aku mengenal mereka sejak mereka debut. Aku bahkan masih ingat pertama kali mereka debut. Dan Dong Hae oppa sangat lucu saat itu! Hahahahaha...” tiba-tiba Han Ni tertawa heboh.
                    Dong Hwa memukul bahu Han Ni. “Ya! Mengapa kau menertawakan Dong Hae saat itu? Dia keren!”
                    “Keren apanya? Apa dia berusaha menjadi ulzzang saat itu? Hahahahaha...” kata Han Ni masih dengan tawa hebohnya.
                    “Sudahlah! Pertanyaan berikutnya. Sejak kapan kau menyukai Super Junior?”
                    “Aku menyukai mereka semenjak aku menonton Super Junior Full House di SBS. Aku semakin tergila-gila dengan Super Junior di situ. Sejak saat itu aku membeli album mereka jika mereka mengeluarkan album. Aku sering datang ke fans meeting mereka. Aku juga sudah mendatangi Super Show mereka sejak pertama sampai ke empat. Bahkan aku pernah menangis ketika kecelakaan 2007. Aku juga menangis mendengar mereka vakum 3 tahun. Aku takut mereka tidak kembali, tapi ternyata, mereka tetap kembali dengan album ke lima mereka. Bahkan mereka ber12 lagi sekarang.”
                    “Waahh... cerita mu lengkap sekali! Kau benar-benar ELF sejati.” Kata Dong Hwa terkagum-kagum.
                  “Mau dengar lagi?” dia terdiam sebentar menunggu reaksi Dong Hwa. Kemudian Dong Hwa mengangguk, “ne.” Katanya.
                    “Aku juga punya Boys In The City. LENGKAP! Album Super Show juga, LENGKAP! Light stick, merchandise, banner, poster, dan lainnya aku punya semua. Sebenarnya aku masih menyimpan semua barang itu sampai sekarang. Bahkan, fan fiction buatan ku masih ada. Apa kau mau melihat barang-barang itu?”
                    Dong Hwa sudah tidak dapat berkata apa-apa lagi. Dia hanya mengangguk tanda setuju. Han Ni sudah menarik Dong Hwa ke gudang. Kemudian, Han Ni menyuruh Dong Hwa untuk membantunya. Mereka membawa dua buah box besar ke balkon lagi. Mereka mulai membuka kotak itu satu persatu.
                    “Sepertinya Dong Hae tidak mengetahui hal ini.” Dong Hwa berkata sambil tersenyum mengejek.
                    “Tentu saja! Dia pasti akan menertawaiku kalau dia tau.” Han Ni melirik ke arah Dong Hwa yang sudah memegang sebuah album. “Itu album foto-foto Super Junior yang ku ambil sendiri. Hehehe... Aku fanatik, ya?”
                    Dong Hwa hanya mengangguk. “Tapi, tidak apa-apa. Banyak yang seperti itu.” Dong Hwa lagi-lagi ada dipihak Han Ni. “Siapa biasmu di Super Junior?”
                    “Biasku ada satu dan cuma satu. Biasku sekarang sudah menjadi milik ku.” Han Ni pun melakukan mehrong.
                    “Jadi, biasmu Dong Hae?” tanya Dong Hwa antusias.
                    “Eo! Dari dulu.” Han Ni dan Dong Hwa membuka barang-barang itu lagi. Banyak sekali atribut Super Junior
                    “Jadi, apa kau mencintai Dong Hae?”
                    “Tentu saja.” Kata Han Ni tersenyum tanpa menoleh ke arah Dong Hwa yang memandanginya.
                    “Maksudku, bukan sebagai biasmu. Tetapi, mencintai Dong Hae sebagai seorang namja.”
                   “Ne! Aku mencintainya bahkan amat sangat menyayanginya. Bukan sebagai bias, tetapi, sebagai seorang namja. Aku memujannya bukan sebagai fans, tetapi, sebagai seorang yeoja yang memuja namja yang ditaksirnya. Aku ingin dia melihat ku. Aku ingin dia menganggap ku ada. Bukan hanya sebagai orang yang dinikahinya, tetapi, sebagai orang yang disayanginya.” kata Han Ni menahan air matanya.
                    “Ni-ya...” Dong Hwa berkata lirih.
                    Han Ni tiba-tiba terdiam. Matanya mebulat lebar, “kau bukan Dong Hwa oppa!” kata Han Ni. Dong Hwa langsung menoleh ke arahnya. Dia langsung memeluk Han Ni.
                    “Geurae, Ni-ya. Aku Dong Hae. Lee Dong Hae suami dan juga bias mu.” Kata Dong Hae memeluk Han Ni sambil menahan tawa. Han Ni berdiri lalu berlalri ke kamar mandi.
                    Dari luar, Dong Hae bisa mendengar Han Ni berteriak keras. Dong Hae sambil tertawa bertanya, “Ni-ya... Neo gwenchana?”
                    Tak berapa lama Han Ni keluar. Wajahnya merah. Dong Hae hendak menyentuh pipi Han Ni tetapi Han Ni mengelak. “Jangan menyentuhku!” kata Han Ni galak. “Sekarang jelaskan. Siapa sebenarnya kau. Siapa Dong Hwa yang menemaniku kemarin seharian?” Han Ni memerintah.
                    “Aku Lee Dong Hae. Kemarin yang menemanimu juga aku.” Dong Hae menahan senyumnya.
                    “Bagaimana bisa?”
FLASHBACK
                    Ketika Dong Hwa datang...
                    “Hyung! Jaebal. Aku mohon... biarkaan besok aku berpura-pura menjadi dirimu. Aku ingin sekali tau isi hati Han Ni yang sebenarnya.” Dong Hae merengek-rengek kepada kembarannya.
                    “Sireo! Aku ingin makan jabchae buatannya. Kalau kau ingin tahu isi hatinya, tanyakan saja langsung.” Kata Dong Hwa menolak permintaan Dong Hae.
                    “Hyung, aku malu. Ku mohon! Bantulah aku sekali ini saja.”
                    Dong Hwa tampak berfikir tentang ide adik kembarnya itu. “Baiklah ku izinkan. Tetapi, ketika malam hari kita bertukar peran lagi, ya.”
                    “Ok hyung! Kau memang hyung ku yang terbaik di dunia.” Kata Dong Hae sangat senang.
                    “Bukannya hyung mu hanya aku.” Kata Dong Hwa datar.
                    Dong Hae beralasan temannya berulang tahun...
                     “Hyung sekarang saatnya bertukar peran.” Dong Hae mengingatkan.
                    Malam hari setelah Dong Hwa pulang dari pesta ulang tahun...
                    “Oh! Kau sudah pulang apa kau sudah makan?” tanya Dong Hae.
                    “Eo! Sudah hyung.” Kata Dong Hwa tersenyum kecil, “Hyung, Han Ni-ya, aku ke kamar dulu, ya.” Dong Hwa memasuki kamar Dong Hae.
                    “N... Ne...” Han Ni melirik heran ke arah Dong Hae. “Dia kenapa? Tumben mau ke kamar saja izin.”
                    “M... Mwo? Mungkin karena ada aku.” Dong Hae gugup takut ketahuan. Selama ini dia tidak pernah berbicara begitu jika ingin ke kamar. Dong Hwa  pasti lupa. “Aku ke kamar menyusul Dong Hae dulu, ya.”
                    “Ne, oppa.” Han Ni mengangguk. Dong Hae meneguk minumannya lalu menyusul Dong Hwa ke kamar. Di kamar mereka sangat heboh.
                    “Hyung! Kenapa kau tadi izin dulu sebelum ke kamar. Kan kita sedang acting!” Dong Hae mengoceh. “Bagaiman kalau Han Ni sadar?”
                    “Tidak mungkin. Ku lihat dari reaksinya dia tidak sadar. Cepatlah kita bertukar pakaian. Aku menaksir jabchae dipiringmu tadi.”
                    Pagi hari ketika ‘Dong Hae’ akan latihan ‘Super Show 5’...
                    “Hyung, jebal! Hari ini yang terkahir. Aku ingin mengetahui apa fikirannya tentang Super Junior terutama aku. Aku juga ingin tahu apa dia menyukai ku atau member lain.”
                    “Ya sudahlah.” Kata Dong Hwa mengalah.
FLASHBACK END
                    “Ni-ya, kau tahu? Dihina di depan wajah sendiri itu tidak enak.” Dong Hae memajukan bibirnya tanda ia cemberut.
                    “Mianhae, oppa. Hahaha...” kata Han Ni sambil tertawa heboh.
                    “Siapa bilang aku tidak menerima mu? Aku menerima mu bahkan amat sangat menerima mu. Aku menyukai mu bahkan dari pertama kita bertemu. Aku menyukaimu dan menyayangi mu. Aku tidak pernah menjauhi atau berniat cuek pada mu. Aku hanya takut kau tidak menyukai ku. Aku takut kalau...” kata-kata Dong Hae terpotong. Han Ni mencium pipinya sekilas.
                    Dong Hae kemudian tersadar dari lamunannya. Dia langsung mencium bibir Han Ni dengan lembut dan berhati-hati. Sekarang mereka saling berpandangan. “Saranghaeyeo.” kata Dong Hae sambil tersenyum.
                    “Nado, oppa.” kata Han Ni juga tersenyum.
                    Mereka berciuman lagi. Tiba-tiba handphone Han Ni mengeluarkan potongan lagu U. Mereka pun berhenti berciuman. Dong Hae bertanya, “kenapa ada lagu U?”
                    “Ahh... itu suara handphone ku.” Han Ni terlihat salting. “Sudah biarkan saja!” kata Han Ni.
                    “Ni-ya... sepertinya kau harus mengganti ringtone mu. U sudah terlalu lama.” selesai Dong Hae berbicara, dia mencium Han Ni lagi. Tak lama, terdengar lagu TWINS.
                    “Maaf, itu handphone ku. Hahahahaha...” Dong Hae tertawa dan mereka berpelukan.
THE END

No comments:

Post a Comment