It’s Me
Author
: Nabila .A.M. ( Kang Yoo Na )
Cast
:
-
Oh Han Ni
-
Lee Dong Hae
-
Lee Dong Hwa
–
Han Ni POV –
Aku, Oh Han Ni istri dari Lee Dong
Hae Super junior. Mungkin banyak yang tidak percaya, tetapi memang begitu
kenyataannya. Kami menikah karena sebab yang aneh.
FLASHBACK 9 Bulan lalu
Di rumah keluarga Lee...
Dong Hae mendapat telepon dari
Eommanya ketika dia sedang rekaman lagu untuk album ke 6 Super Junior. “Dong
Hae-ya, Eomma ingin berbicara dengan mu.” Kata Eommanya Dong Hae sambil
terbatuk-batuk.
“Ne, Eomma. Waeyeo?”
“Eomma ingin kau segera menikah.
Umur mu sudah 29 tahun, dan umur Korea mu sudah 30 tahun. Eomma ingin kau cepat
menikah dan Eomma bisa memiliki cucu. Lagipula, Eomma sudah semakin
sakit-sakitan. Uhuk!!! Uhuk!!! Uhuk!!!” kata Eomma Dong Hae sambil terbatuk
heboh di Mokpo sana.
“Tapi, Eomma... Aku masih ingin
berkarir. Lagipula, kan ada Dong Hwa hyung.” Elak Dong Hae.
“Dia sudah menikah tetapi belum
memberiku cucu juga. Aku sudah lelah menunggu. Mungkin dia masih butuh 5 tahun
lagi untuk memberiku cucu. Uhuk!!! Uhuk!!! Uhuk!!!” terdengar lagi suara batuk,
“Almarhum Appa mu punya teman SMP yang mau menikahkan anaknya denganmu. Dan, 4
hari lagi Eomma akan ke Seoul untuk melamar anak teman Appa mu.”
“Tapi, Eomma...” kata-kata Dong Hae
terputus bersamaan dengan sambungan telepon yang terputus.
Di rumah keluarga Oh...
“Han Ni-ya, Appa rasa sudah saatnya kau menikah.”
Kata Appa Han Ni suatu hari.
“Tidak secepat ini, Appa! Hhh...”
dengus Han Ni. “Umurku masih 28 tahun. Aku masih ingin bekerja. Lagipula.....”
Han Ni menggantung kalimatnya.
“Lagipula, apa?” tanya Eommanya.
“Aku... aku... aku belum punya
pacar.” Katanya dipelankan, malu.
“Justru itu! Appa sudah menemukan
seseorang untuk mu! Kau pasti akan menyukai orang itu.” Kata Appanya antusias.
“Aku tidak mau dijodohkan. Ini bukan
zamannya Chun Hyang! Lagian, aku tidak kenal siapa orang yang Appa jodohkan
padaku.” Han Ni memberi jeda untuk mengambil nafas, “bagaimana kalau sebenarnya
dia sudah menikah? Bagaimana kalau dia seorang narapidana? Bagaimana kalau dia
seorang tukang siksa?” kata Han Ni mulai mengada-ada.
“Kau tidak perlu khawatir. Dia orang
baik. Dia lebih tua 1 tahun dari mu. Almarhum Appanya teman Appa ketika SMP.
Kau juga mengenalnya.”
“Siapa? Kenal di mana?” kata Han Ni
mulai ketus.
“Dia orang terkenal!” kata Eommanya
mulai berteka-teki. Han Ni mengangkat sebelah alisnya. Dia mengira ini semua
lelucon. “Eomma tidak bercanda!” kata Eommanya yang mengerti maksud Han Ni.
“Hahahaha...” tiba-tiba Han Ni
tertawa.
“Wae? Kenapa kau tertawa? Eomma mu
serius!” bentak Appa Han Ni.
“Hahaha... Siapa dia? Eric Shinhwa?
Gi Kwang Beast? Chang Min Dong Bang Shin Ki? Min Woo Boyfriend? Gong Chan B1A4?
Lee Teuk Super Junior? Hahahahahahaha.....” kata Han Ni masih tertawa puas.
“Aku pusing siapa yang kau sebutkan
tadi! Tapi, sepertinya dia temannya si Lee Deuk Super Junior itu.” Kata Appa
Han Ni.
“Aigoo... Appa! Namanya Lee Teuk
bukan Lee Deuk.” Han Ni berkata sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
“Terserahlah! Namanya Lee Dong Hae.
Dia anggota Super Hoobae (bahasa Koreannya Junior).” Kata Appa Han Ni yang
salah menyebut nama.
“App... App... Appa... Namanya Sup...
Sup... Super Ju... Ju... Junior.” Kata Han Ni terbata-bata, “Da... Dan...
Dan... AKU MAU DINIKAHKAN DENGANNYAAAAAAA!!” tiba-tiba saja Han Ni berubah menjadi
bersemangat. Bagaimana tidak? Dia akan dinikahkan dengan bias yang paling
dicintainya!
FLASBACK END
–
Back to Han Ni POV –
Memang awalnya aku senang. Tetapi, tidak setelah
menikah. Rumah yang sepi, suami yang sibuk dan cuek, itu yang aku dapatkan dari
pernikahan 7 bulan ini. Pernikahan ini semakin membosankan! Dong Hae oppa
jarang berbicara denganku. Makanpun aku sendiri!
Tiba-tiba pintu rumahku terbuka. Ku lihat Dong Hae
oppa memasuki rumah. “Oh! Oppa sudah pulang.” Kataku berbasa-basi. Tumben
sekali dia sudah pulang. Biasanya dia pulang malam sedangkan, ini masih jam
6PM. Apalagi, ini sudah memasuki Super Show 5. Harusnya dia lebih sibuk.
“Hmm...” hanya itu jawaban darinya. Dia yang sedang menaiki
tangga tiba-tiba berhenti lalu, berkata, “besok Dong Hwa hyung akan datang.”
Katannya menginfokan.
“Jinjja?” kataku dengan semangat
melebihi orang yang akan perang. “baiklah! Aku akan memasak makanan yang
enak-enak untuknya.” Kataku sambil menepuk-nepuk tangan. Tetapi, Dong Hae oppa
hanya melengos.
Biarlah! Paling tidak besok Dong Hwa
oppa akan datang dan aku tidak aakn sendirian untuk beberapa hari. Lagipula,
sudah lama aku tak bertemu Dong Hwa oppa. Oh, ya! Dong Hwa oppa adalah kembaran
Dong Hae oppa. Hanya saja, Dong Hwa oppa ‘dicetak’ 8 menit lebih cepat.
– Dong Hae POV –
Aku
pulang cepat hari ini karena aku lelah sekali. Aku memasuki rumah dan ku lihat
Han Ni sedang duduk minum teh di pantry. “Oh!” dia terkejut, “Oppa sudah
pulang.” Katanya.
Karena
aku lelah, aku hanya bergumam, “Hmm...” Lalu aku melanjutkan, “oh, ya. Besok
Dong Hwa hyung akan datang.”
“Jinjja?”
baiklah aku akan memasak makanan yang enak-enak untuknya.” Katanya heboh sambil
menepuk-nepuk tangan. Cih! Segitu senangkah dia?
– Author POV –
Esok
paginya, Dong Hwa datang ke rumah Dong Hae – Han Ni membawa beberapa oleh-oleh
khas Mokpo salah satunya melon oriental. “Hyung!” jerit Dong Hae sambil memeluk
Dong Hwa.
“Dong
Hae-ya!” Bogosipda!” kata Dong Hwa yang juga senang. Mereka berpelukan lama
melepas rindu. Tak lama, Han Ni berdeham, lalu melanjutkan, “kurasa oppa tidak
merindukan ku.” Sindirnya.
“Hahaha...
Anniya, Han Ni. Nado, niga bogosipo.” Kata Dong Hwa sambil memeluk Han Ni.
“Mari
hyung, masuk! Jangan hanya di depan pintu.” Dong Hae mengingatkan.
Esok
siangnya, Dong Hae pergi karena diundang makan oleh temannya yan berulang
tahun. Di rumah hanya ada Han Ni dan Dong Hwa. Dong Hwa dan Han Ni sebenarnya
cukup akrab. Dong Hwa selalu berada di pihak Han Ni jika dia bertengkar dengan
Dong Hae (walau cuma sekali). Mungkin, kalau Dong Hwaa belum menikah, Han Ni
lebih memilih Dong Hwa.
“Oppa,
tubuhmu tambah berotot saja.” Kata Han Ni sambil memegang oto Dong Hwa. “Apa
kau ingin mengalahkan oto suamiku?” Han Ni bertanya mencurigai Dong Hwa.
Dong
Hwa mendengus sambil tersenyum, “untuk apa aku mengalahkan ototnya? Kami tidak
sedang mengikuti L-Men Contest!” Han Ni tertawa mendengar jawaban Dong Hwa.
“Kenapa
kau tertawa? Aku serius!” Dong Hwa sedikit sensi.
“Hahaha... mianhaeyeo, oppa!” kata Han Ni disela-sela
tawanya.
“Tapi,
baguslah kalau kau tertawa.” Dong Hwa bersuara pelan.
“Mwo?
Kenapa oppa?” Han Ni berhenti tiba-tiba. Dia mendengar kata-kata Dong Hwa.
“Kau
kan tidak pernah tertawa seperti ini selama menikah.” Dong Hwa menatap Han Ni
lekat.
“Mu...
Mus... Musunsoriya?” kata Han Ni terbata-bata. Dong Hwa tau itu tidak benar.
Apalagi, Han Ni mengulaskan senyum memaksa di wajahnya. “Oppa ini sudah mau
waktunya makan malam. Oppa mau makan apa?” kata Han Ni memecah keheningan.
“Masakan
aku sup udang pedas saja!” katanya antusias.
“Ne,
oppa! Tunggulah sebentar. Aku juga akan membuatkanmu jabchae ‘surga’ kesukaan
mu.” Kata Han Ni bersemangat.
“Ne,
ne, ne!”
– Han Ni POV –
Tumben
Dong Hwa oppa minta dibuatkan sup udang pedas. Biasanya dia akan minta
dibuatkan jabchae. Kata dia, jabcahe buatanku seperti jabchae buatan dari
surga.
– Author POV –
Han
Ni dan Dong Hwa makan sambil ngobrol. “Bagaimana menurutmu pernikahan 7 bulan
ini?” tanya Dong Hwa, “jawab dengan jujur!” tambahnya seakan tahu kalau Han Ni
aka berbohong.
“Biasa
saja.” Kata Han Ni simpul.
“Wae?
Wae? Wae?” tanya Dong Hwa lebay.
“Keadaan
ku setelah menikah malah lebih buruk. Han Ni menarik nafas dan melanjutkana,
“biasanya aku jarang makan sendiri, sekarang aku hampir setiap hari makan
sendiri.” Han Ni tersenyum miris. “Biasanya aku di rumah tidak bisa diam. Aku
orang yang aktif dan cerewet. Tetapi, aku sekarang hanya bisa diam. Tidak ada
yang bisa ku ajak berbicar. Dong Hae oppa tidak mau berbicara dengan ku.” Han Ni
menyelesaikan ceritanya.
“Mianhaeyeo,
Han Ni-ya.” Kata Dong Hwa lembut.
“Kenapa
oppa meminta maaf? Ini tidak ada hubungannya dengan oppa.” Han Ni berkata
sambil mengelus punggung tangan Dong Hwa.
“Aku
minta maaf karena ini salahku.”
“Ye?”
tanya Han Ni bingung.
“Harusnya
aku bisa menasehatinya. Aku kan lebih tua 8 menit darinya.” oceh Dong Hwa
sambil menghabiskan nasi terakhirnya. Tetapi, Han Ni malah tertawa karena
menganggap itu lucu.
Tak
berapa lama, Dong Hae pulang. “Oh! Kau sudah pulang apa kau sudah makan?” tanya
Dong Hwa.
“Eo!
Sudah hyung.” Katanya tersenyum kecil, “Hyung, Han Ni-ya, aku ke kamar dulu,
ya.”
“N...
Ne...” Han Ni melirik heran ke arah Dong Hwa. “Dia kenapa? Tumben mau ke kamar
saja izin.
“M...
Mwo? Mungkin karena ada aku.” Dong Hwa juga tampak terkejut. “Aku ke kamar
menyusul Dong Hae dulu, ya.”
“Ne,
oppa.” Han Ni mengangguk. Dong Hwa meneguk minumannya lalu menyusul Dong Hae ke
kamar.
Esok
paginya...
Dong
Hae pagi-pagi sekali sudah pergi. Alasannya dia ingin latihan untuk Super
Show 5. Jadilah Dong Hwa berdua lagi
dengan Han Ni. Mereka sarapan bersama. Setelah sarapan, satu persatu dari
mereka mandi. Lalu, mereka duduk mengobrol di balkon atas rumah Dong Hae – Han
Ni.
“Pagi
ini cerah, ya.” Kata Han Ni memulai pembicaraan.
“Eo!
Oh, ya. Apa kau tidak ada pekerjaan?”
“Anni,
aku sedang tidak mengerjakan novel tau naskah apapun oppa.” Han Ni tanpa
menoleh ke arah Dong Hwa. Dia sedang menikmati udara pagi yang segar. Memang
pekerjaannya adalah sebagai penulis. Itu merupakan hobi dan cita-citanya sejak
dia kecil.
“Baguslah.
Kau jadi ada waktu beristirahat.” Dong Hwa tersenyum simpul. “Han Ni-ya.”
“Ne,
oppa.” Dia mengarahkan wajahnya ke Dong Hwa.
“Boleh
kah aku mendengar cerita mu tentang pernikah mu?” kata Dong Hwa takut-takut.
“Maksudnya?”
“Pernikahanmu
dengan Dong Hae misalnya. Bagaimana kesan mu. Atau... apa yang kau inginkan
darinya.” kata Dong Hwa memperjelas maksudnya.
“Oh...
soal itu.” Han Ni tersenyum. “Tidak ada yang salah sebenarnya dengan pernikahan
ini. Hanya saja, rumah ini terlalu sepi. Dong Hae oppa juga terlalu cuek. Hanya
itu saja.” Han Ni mengakhiri ceritanya.
“Mungkin
dia bukan cuek. Tetapi, dia malu.” kata Dong Hwa memberi nasihat.
“Mungkin...
tapi, sebenarnya aku juga malu berbicara dengannya. Aku sebenarnya bukan orang
yang bisa mengobrol dengan orang yang jarang berbicara dengan ku. Aku
sebenarnya agak pemalu. Hanya kepada orang yang ku kenal aku dapat berbicara
panjang lebar. Hehehe...” Han Ni tertawa gaje. Disambut dengan senyuman Dong
Hwa.
“Hal
apa saja yang kau ingin kan dari Dong Hae?”
“Hanya
ada dua. Aku tidak ingin harta. Aku juga tidak berharap dia mau menjalankan
tugas sebagai suami sepenuhnya. Aku hanya berharap dia bisa sedikit menerimaku
dan...” Han Ni menggantung kalimatnya.
“Apa
lagi yang kau inginkan darinya?” Dong Hwa penasaran.
“Aku
ingin dia memainkan sebuah lagu untuk ku menggunakan gitar.”
“Hahaha...
hanya hal sederhana itu.” Dong Hwa terbahak.
“Aku
serius oppa!” Han Ni memajukan sedikit bibirnya tanda dia cemberut.
“Arraseo,
arraseo.Aku akan coba memainkan sebuah lagu untuk mu. Kau ingin lagu apa?”
“Aku
ingin oppa menyanyikan Falling Slowly. Seperti Sung Min oppa atau Hyuk Jae oppa
atau Teukie oppa. Kalau bisa lebih bagus dari mereka bertiga!” oceh Han Ni
semangat.
“Hmm...
Lagu lama. Tapi, tidak apa-apa. Aku akan menyanyikannya.” Dong Hwa mengambil
gitar lalu menyanyikan Falling Slowly. Han Ni menutup matanya. Sambil dia
mendengar Dong Hwa bernyanyi dia juga menikmati udara pagi yang sejuk.
Dia
sangat senang hari ini. Dia merasa sedang bersama dengan Dong Hae. Jantungnya
berdegup kencang seketika mengingat nama suaminnya itu. Dong Hwa menyelesaikan
lagunya.
“Otte?”
tanya Dong Hwa pada Han Ni. Han Ni hanya mengangguk antusias. “Aku ingin
mewawancarai mu.” Kata Dong Hwa tiba-tiba. Han Ni yang tidak mengerti pun
menanyakan maksud Dong Hwa. “Maksud oppa?”
“Aku
ingin menanyaimu beberapa pertanyaan.”
“Ok!
Pertanyaan apa itu?” tantang Han Ni.
“Tapi
sebelumnya, kau harus berjanji untuk menjawab jujur. Bagaimana?” tantang Dong
Hwa balik.
“Ok!”
“Kita
mulai sekarang. Sejak kapan kau mengenal Super Junior?” pertanyaan pertama itu
meluncur dari mulut Dong Hwa.
“Aku
mengenal mereka sejak mereka debut. Aku bahkan masih ingat pertama kali mereka
debut. Dan Dong Hae oppa sangat lucu saat itu! Hahahahaha...” tiba-tiba Han Ni
tertawa heboh.
Dong
Hwa memukul bahu Han Ni. “Ya! Mengapa kau menertawakan Dong Hae saat itu? Dia
keren!”
“Keren
apanya? Apa dia berusaha menjadi ulzzang saat itu? Hahahahaha...” kata Han Ni
masih dengan tawa hebohnya.
“Sudahlah!
Pertanyaan berikutnya. Sejak kapan kau menyukai Super Junior?”
“Aku
menyukai mereka semenjak aku menonton Super Junior Full House di SBS. Aku
semakin tergila-gila dengan Super Junior di situ. Sejak saat itu aku membeli
album mereka jika mereka mengeluarkan album. Aku sering datang ke fans meeting
mereka. Aku juga sudah mendatangi Super Show mereka sejak pertama sampai ke
empat. Bahkan aku pernah menangis ketika kecelakaan 2007. Aku juga menangis
mendengar mereka vakum 3 tahun. Aku takut mereka tidak kembali, tapi ternyata,
mereka tetap kembali dengan album ke lima mereka. Bahkan mereka ber12 lagi
sekarang.”
“Waahh...
cerita mu lengkap sekali! Kau benar-benar ELF sejati.” Kata Dong Hwa
terkagum-kagum.
“Mau
dengar lagi?” dia terdiam sebentar menunggu reaksi Dong Hwa. Kemudian Dong Hwa
mengangguk, “ne.” Katanya.
“Aku
juga punya Boys In The City. LENGKAP! Album Super Show juga, LENGKAP! Light
stick, merchandise, banner, poster, dan lainnya aku punya semua. Sebenarnya aku
masih menyimpan semua barang itu sampai sekarang. Bahkan, fan fiction buatan ku
masih ada. Apa kau mau melihat barang-barang itu?”
Dong
Hwa sudah tidak dapat berkata apa-apa lagi. Dia hanya mengangguk tanda setuju.
Han Ni sudah menarik Dong Hwa ke gudang. Kemudian, Han Ni menyuruh Dong Hwa
untuk membantunya. Mereka membawa dua buah box besar ke balkon lagi. Mereka
mulai membuka kotak itu satu persatu.
“Sepertinya
Dong Hae tidak mengetahui hal ini.” Dong Hwa berkata sambil tersenyum mengejek.
“Tentu
saja! Dia pasti akan menertawaiku kalau dia tau.” Han Ni melirik ke arah Dong
Hwa yang sudah memegang sebuah album. “Itu album foto-foto Super Junior yang ku
ambil sendiri. Hehehe... Aku fanatik, ya?”
Dong
Hwa hanya mengangguk. “Tapi, tidak apa-apa. Banyak yang seperti itu.” Dong Hwa
lagi-lagi ada dipihak Han Ni. “Siapa biasmu di Super Junior?”
“Biasku
ada satu dan cuma satu. Biasku sekarang sudah menjadi milik ku.” Han Ni pun
melakukan mehrong.
“Jadi,
biasmu Dong Hae?” tanya Dong Hwa antusias.
“Eo!
Dari dulu.” Han Ni dan Dong Hwa membuka barang-barang itu lagi. Banyak sekali
atribut Super Junior
“Jadi,
apa kau mencintai Dong Hae?”
“Tentu
saja.” Kata Han Ni tersenyum tanpa menoleh ke arah Dong Hwa yang memandanginya.
“Maksudku,
bukan sebagai biasmu. Tetapi, mencintai Dong Hae sebagai seorang namja.”
“Ne!
Aku mencintainya bahkan amat sangat menyayanginya. Bukan sebagai bias, tetapi,
sebagai seorang namja. Aku memujannya bukan sebagai fans, tetapi, sebagai
seorang yeoja yang memuja namja yang ditaksirnya. Aku ingin dia melihat ku. Aku
ingin dia menganggap ku ada. Bukan hanya sebagai orang yang dinikahinya,
tetapi, sebagai orang yang disayanginya.” kata Han Ni menahan air matanya.
“Ni-ya...”
Dong Hwa berkata lirih.
Han
Ni tiba-tiba terdiam. Matanya mebulat lebar, “kau bukan Dong Hwa oppa!” kata
Han Ni. Dong Hwa langsung menoleh ke arahnya. Dia langsung memeluk Han Ni.
“Geurae,
Ni-ya. Aku Dong Hae. Lee Dong Hae suami dan juga bias mu.” Kata Dong Hae
memeluk Han Ni sambil menahan tawa. Han Ni berdiri lalu berlalri ke kamar mandi.
Dari
luar, Dong Hae bisa mendengar Han Ni berteriak keras. Dong Hae sambil tertawa
bertanya, “Ni-ya... Neo gwenchana?”
Tak
berapa lama Han Ni keluar. Wajahnya merah. Dong Hae hendak menyentuh pipi Han
Ni tetapi Han Ni mengelak. “Jangan menyentuhku!” kata Han Ni galak. “Sekarang
jelaskan. Siapa sebenarnya kau. Siapa Dong Hwa yang menemaniku kemarin
seharian?” Han Ni memerintah.
“Aku
Lee Dong Hae. Kemarin yang menemanimu juga aku.” Dong Hae menahan senyumnya.
“Bagaimana
bisa?”
FLASHBACK
Ketika Dong Hwa datang...
“Hyung!
Jaebal. Aku mohon... biarkaan besok aku berpura-pura menjadi dirimu. Aku ingin
sekali tau isi hati Han Ni yang sebenarnya.” Dong Hae merengek-rengek kepada
kembarannya.
“Sireo!
Aku ingin makan jabchae buatannya. Kalau kau ingin tahu isi hatinya, tanyakan
saja langsung.” Kata Dong Hwa menolak permintaan Dong Hae.
“Hyung,
aku malu. Ku mohon! Bantulah aku sekali ini saja.”
Dong
Hwa tampak berfikir tentang ide adik kembarnya itu. “Baiklah ku izinkan.
Tetapi, ketika malam hari kita bertukar peran lagi, ya.”
“Ok
hyung! Kau memang hyung ku yang terbaik di dunia.” Kata Dong Hae sangat senang.
“Bukannya
hyung mu hanya aku.” Kata Dong Hwa datar.
Dong Hae beralasan temannya berulang
tahun...
“Hyung sekarang saatnya bertukar peran.” Dong
Hae mengingatkan.
Malam hari setelah Dong Hwa pulang dari
pesta ulang tahun...
“Oh!
Kau sudah pulang apa kau sudah makan?” tanya Dong Hae.
“Eo!
Sudah hyung.” Kata Dong Hwa tersenyum kecil, “Hyung, Han Ni-ya, aku ke kamar
dulu, ya.” Dong Hwa memasuki kamar Dong Hae.
“N...
Ne...” Han Ni melirik heran ke arah Dong Hae. “Dia kenapa? Tumben mau ke kamar
saja izin.”
“M...
Mwo? Mungkin karena ada aku.” Dong Hae gugup takut ketahuan. Selama ini dia
tidak pernah berbicara begitu jika ingin ke kamar. Dong Hwa pasti lupa. “Aku ke kamar menyusul Dong Hae
dulu, ya.”
“Ne,
oppa.” Han Ni mengangguk. Dong Hae meneguk minumannya lalu menyusul Dong Hwa ke
kamar. Di kamar mereka sangat heboh.
“Hyung!
Kenapa kau tadi izin dulu sebelum ke kamar. Kan kita sedang acting!” Dong Hae
mengoceh. “Bagaiman kalau Han Ni sadar?”
“Tidak
mungkin. Ku lihat dari reaksinya dia tidak sadar. Cepatlah kita bertukar
pakaian. Aku menaksir jabchae dipiringmu tadi.”
Pagi hari ketika ‘Dong Hae’ akan latihan
‘Super Show 5’...
“Hyung,
jebal! Hari ini yang terkahir. Aku ingin mengetahui apa fikirannya tentang
Super Junior terutama aku. Aku juga ingin tahu apa dia menyukai ku atau member
lain.”
“Ya
sudahlah.” Kata Dong Hwa mengalah.
FLASHBACK
END
“Ni-ya,
kau tahu? Dihina di depan wajah sendiri itu tidak enak.” Dong Hae memajukan
bibirnya tanda ia cemberut.
“Mianhae,
oppa. Hahaha...” kata Han Ni sambil tertawa heboh.
“Siapa
bilang aku tidak menerima mu? Aku menerima mu bahkan amat sangat menerima mu.
Aku menyukai mu bahkan dari pertama kita bertemu. Aku menyukaimu dan menyayangi
mu. Aku tidak pernah menjauhi atau berniat cuek pada mu. Aku hanya takut kau
tidak menyukai ku. Aku takut kalau...” kata-kata Dong Hae terpotong. Han Ni
mencium pipinya sekilas.
Dong
Hae kemudian tersadar dari lamunannya. Dia langsung mencium bibir Han Ni dengan
lembut dan berhati-hati. Sekarang mereka saling berpandangan. “Saranghaeyeo.”
kata Dong Hae sambil tersenyum.
“Nado,
oppa.” kata Han Ni juga tersenyum.
Mereka
berciuman lagi. Tiba-tiba handphone Han Ni mengeluarkan potongan lagu U. Mereka
pun berhenti berciuman. Dong Hae bertanya, “kenapa ada lagu U?”
“Ahh...
itu suara handphone ku.” Han Ni terlihat salting. “Sudah biarkan saja!” kata
Han Ni.
“Ni-ya...
sepertinya kau harus mengganti ringtone mu. U sudah terlalu lama.” selesai Dong
Hae berbicara, dia mencium Han Ni lagi. Tak lama, terdengar lagu TWINS.
“Maaf,
itu handphone ku. Hahahahaha...” Dong Hae tertawa dan mereka berpelukan.
THE
END
No comments:
Post a Comment