Old Time
Author : Nabila .A.M. (Kang Yoo Na)
Cast : - Song Ran Ah, Kim Hee Chul
- Young Woon, Yoo Na, Hyuk Jae, Hye Ri, Dong
Wook, Dong Hee, Han Kyung
Genre : Friendship + Romance
Length : One Shoot
Aku melewati sebuah ruangan di gedung
kampus ku dan melihat seorang lelaki sebayaku sedang menjelaskan tentang materi
kuliah. Pria yang cukup percaya diri untuk menjelaskan materi kuliah agar
mendapat nilai tambahan. Pria itu adalah Hee Chul. Kim Hee Chul.
Dulu,
Hee Chul adalah teman akrabku ketika di SMA. Ya, dulu. Hanya DULU. Sekarang
tidak lagi. Sekarang dia hanya menganggapku sebagai perempuan yang tertarik
akan karisma yang Ia miliki. Sekarang dia hanya memandangku sebagai gadis
menyebalkan yang jatuh ke dalam kubangan karismanya.
Aku
mengenal Hee Chul ketika kami memasuki kelas yang sama ketika di SMA dulu. Dia
dulu sangat ramah padaku. Dia selalu bercerita apapun padaku. Kami selalu
mengobrol bersama. Memberikan nama panggilan masing-masing dan sebagainya.
Flashback...
“Hee Chul-ah, apa kau mau ikut aku
dan Ye Ahn pulang sekolah nanti?” tanyaku.
“Kemana, Ran Ah-ya?” tanya Hee Chul
dengan nada antusias.
“Aku dan Ye Ahn mau pergi makan ice
cream di kedai ice cream yang baru dibuka dekat sekolah. Kalau kau mau, kau
bisa mengajak si Young Woon.”
“Tidak ah~ Aku sedang tidak ada
uang.” Kata Hee Chul dengan wajah sedihnya.
“Gwenchana, Cinderella. Aku akan
mentraktir mu dan Young Woon. Lagipula, aku mau merayakan selesainnya ujian
akhir semester kita. Eotte?” aku menarik sudut kanan-kiri bibirku.
“OK! Gomawo, Patrick-ah~” kaat Hee
Chul mencubit pipi tembemku.
-Flashback end-
Yang ku ingat, itulah terakhir kali
aku dekat dengan Hee Chul. Menjelang liburan kenaikan kelas 2 SMA. Setelah itu,
aku tak ingat pernah mencetak kenangan manis lagi dengan Hee Chul. Dan entah sejak kapan, dia menjauhiku.
Dia tak pernah berbicara padaku. Ketika ku tanyapun, dia hanya menjawab ya atau
tidak. Dia tak pernah berbicara dengan menatap mataku. Jangankan mata, melihat
wajahku saja sepertinya dia anti.
Flashback...
Kulihat Hee Chul sedang membaca
komik. “Hee Chul-ah, annyeong!” sapaku padanya setelah lama tak bertemu karena
libur panjang kami. Selama liburan diia tidak mengsmsku. Ku chat lewat facebook
pun, dia hanya menjawab seadanya.
“Hmm...” gumamnya pelan ketika
menanggapi sapaanku. Dia bahkan tidak mengangkat kepalanya dari komik yang
sedang dibacanya. ‘Kenapa dia?’ pikirku. Apa dia sedang ada masalah? Apa ada
yang mengganggu dipikirannya? Apa aku melakukan kesalahan?
-Flashback end-
Sejak saat itu, kami tak pernah lagi bertegur sapa. Temanku, Yoo Na pernah menanyakan ada apa antara aku dan Hee Chul. Tapi, dia tidak mau menjelaskan apa kesalahanku sebenarnya.
Begitu
juga dengan Hye Ri. Hye Ri adalah temanku yang sering mengobrol dengan Hee Chul
selain aku. Tetapi, hasilnya sama. Hee Chul tetap tidak mau memberikan
penjelasan akan sikap dinginnya terhadapku.
Flashback...
“Hee Chul-ah, kulihat akhir-akhir
ini kau jarang berbicara dengan Ran Ah.” Tanya Yoo Na pada Hee Chul saat jam
istirahat.
“Jinjja?” tanya Hee Chul datar.
“Eo. Ku ingat, dulu kau memanggilnya
Patrick dan dia memanggilmu Cinderella. Kenapa sekarang tak pernah lagi?” Yoo
Na masih berusaha menginvestigasi.
“Tidak kah kau berpikir itu terlalu
kekanak-kanakan? Lagipula, Song Ran Ah adalah nama yang lebih bagus daripada
Patrick.” Itu adalah jawaban sederhana dari Hee Chul ketika Ia ditanya oleh Yoo
Na.
Hal yang samapun dilakukan Hye Ri
melalui sms. “Hee Chul-ah, aku tau kau ada masalah dengan Ran Ah.” Kata Hye Ri
setelah adanya segelintir basa-basi.
“Hahahaha.... memang ada. Tapi, itu
privasi. Maaf, ya.” Itu balasan yang singkat dan cukup padat dari Hee Chul.
-Flashback end-
Hee Chul pun mulai beralasan dengan
semua orang dengan mengatakan bahwa, aku memiliki salah padanya dan dia
menjauhiku karena aku tidak pernah menyadari kesalahanku.
Sampai suatu hari.....
Flashback...
“Ran Ah-ya, apa benar kau menyukai
Hee Chul?” tanya Hyuk Jae teman sekelas ku.
“A... a... annieyo. Aku hany
menganggapnya teman. Tidak lebih.” Elakku sambil tertawa garing.
“Ran-ah, apa benar kau menyukai Hee
Chul? Kenapa kau bisa menyukainya?” tanya seorang teman sekelasku lagi, Dong
-nama sebenarnya Shin Dong Hee-
“Apa maksudmu, Dong? Itu tidak
benar. Aku hanya menganggapnya teman biasa.” Elakku sekali lagi.
-Flashback end-
Ternyata, Young Woon membeberkan isi
hatiku kepada Hee Chul. Dan kabar itu tersebar cepat di kelas. Padahal, aku
berniat untuk memendamnya sendirian tanpa diketahui oleh Hee Chul.
Aku pernah memarahi Young woon atas
kelancangannya. Tetapi, dia hanya menganggap remeh perasaanku. Dia sungguh
teman yang jahat! Dia hanya memedulikan kesenangannya tanpa memikirkan
perasaanku.
Flashback...
“Young Woon! Kau kan yang
memberitahu Hee Chul dan teman-teman bahwa aku menyukai Hee Chul?!” sergahku.
“Kalau iya kenapa? Kalau tidak
kenapa?” katanya sedikit mempermainkan aku.
“Mengaku saja!” kudorong bahunya
pelan.
“Iya. Lalu?” katanya menantang.
"Jahat sekali kau! Apa menurut mu
ini menyenangkan?! Apa kau tidak memikirkan perasaanku?! Hah?!” kataku emosi.
“Yaa~ Ran Ah, kenapa kau marah?
Bukannya itu malah bagus jika dia mengetahui isi hatimu?” katanya tersenyum.
Senyum yang menjengkelkan!
“Itu menurut mu! Tapi, kau lihatkan?
Dia malah menjauhi ku! Dia tidak mau lagi berbicara lagi denganku!”
“Mungkin dia marah karena hal lain.
Sudahlah Ran Ah. Kau tidak usah marah padaku. Kau harusnya berterimakasih
padaku karena sudah membantumu menyampaikan isi hatimu pada Hee Chul.”
“Kau sungguh jahat! Tidak punya
perasaan! Apakau pikir menjadikan perasaan seseorang sebagai sebuah cemoohan
adalah hal yang menarik dan menyenangkan?! Hah?! Kau tidak memikirkan
perasaanku! Dan hubunganku dengan Hee Chul nantinya! Kau egois! Kau hanya
mementingkan kesenanganmu sendiri! Sungguh egois! Dan kau adalah orang yang
paling tak tau malu yang pernah kutemui dalam hidupku! Menjijikan!” repetku
panjang lebar sambil menangis terisak.
-Flashback end-
Padahal, sudah berulang-ulang kali aku
minta maaf. Dan berulang kali aku menerima penolakan serta pandangan sinisnya.
Flashback...
Ketika dia sedang piket, ku beranikan diri
untuk berbicara dengannya. “Hee Chul-ah...” kataku memanggil namanya pelan.
Tetapi, dia langsung meletakkan sapu yang dpegangnya lalu mengambil tas dan
melangkah menuju pintu.
“Hee Chul-ah... Tunggu sebentar.”
kataku, berhenti sebentar. Kutarik nafasku untuk membulatkan tekadku, “aku
ingin minta maaf padamu. Jujur aku tidak tahu aku salah apa padamu. Tapi, aku
mohon maafkan aku.” Kataku sambil menarik-narik kecil tasnya.
“Apa, sih!” katanya ketus.
"Aku bersungguh-sungguh. Tolong
maafkan aku. Kalau kau tidak mau memaafkanku, beritahu aku apa salahku padamu
agar aku dapat merubah sikap burukku itu.” Kataku memelas sambil menahan air
mata agar tidak jatuh dari pelupuk mata.
“Apa, sih!” katanya lagi dengan nada yang sama. Dia menarik
tasnya lalu berjalan pergi meninggalkan aku. Tak dapatku tahan lagi air mataku.
Aku menangis terisak. Yoo Na dan Hye Ri berjalan kearahku dan memelukku erat.
-Flashback end-
Dan entah mulai kapan, dia selalu
mencibirku. Baik bentuk fisikku maupun apa yang kulakukan. Selalu saja salah!
Ketika aku melakukan sesuatu, dia selalu menganggap kalau itu untuk menarik
minatnya. Ketika aku membicarakan orang lain, dia selalu menganggap kalau
dialah orang yang aku bicarakan.
Flashback...
Waktu itu pelajaran olahraga dan
kami disuruh lompat tinggi. Sejujurnya aku tidka terlalu ahli dalam hal lompat
tinggi. Apalagi dengan badanku yang berisi dan nyaris gendut ini -__-
Tiba giliranku untuk maju.
Teman-teman Hee Chu mulai meledek Hee Chul. Mereka mengatakan, “Ya! Hee
Chul-ah, pacarmu akan melompat. Apa kau tidak memberinya semangat?” Ada juga
yang mengatakan, “Ran Ah-ya, hwaiting! Hee Chul mendukungmu.” Dan masih banyak
celetukan-celetukan tak penting lainnya. Kulihat Hee Chul sedikit menggerutu
tidak senang.
Ketika waktunya istirahat, aku
mengobrol dengan teman-temanku. Tiba-tiba Dong Wook, temanku, menghampiriku.
“Ran Ah-ya, apakau mau tau Hee Chul mengatakan apa ketika kau akan melompat
tadi?” tanyanya serius.
“Aku memang melihatnya sedikit menggerutu.
Memangnya apa yang dia katakan?” tanyaku pada Dong Wook disertai wajah
pnasaranku. Begitu juga dengan Hye Ri, Yoo Na, dan teman-temanku yang lain.
“Tapi, kau jangan sedih, ya.”
perintah Dong Wook.
“Ne! Aku tidak akan sedih.” Kataku
dengan senyum kekhawatiranku.
“Ketika kau akan lompat tadi dia
bilang, ‘badan gembul begitu memangnya bisa?!’, itu yang dia katakan.”
“Oh, begitu. Baiklah.” Kataku dengan
senyum terpaksaku.
“Neon gwenchana?” tanya
teman-temanku.
“Gwenchana! Memangnya aku kenapa?”
Sungguh Hee Chul sangat jahat sekarang! Dia tidak seperti Hee Chul yang kukenal
selama ini.
Ketika bel masuk berbunyi, semua murid
duduk di tempat masing-masing. Tempat dudukku tidak terlalu jauh jaraknya
dengan tempat duduk Hee Chul. Jadi, apa yang dia bicarakan akan terdengar
jelas.
Young Woon duduk dengan Hyuk Jae di
kursi di sebelahku. Dong dan Hee Chul duduk di belakang mereka. Mereka sedang
membicarakan kenaikan kelas dan di kelas mana mereka akan berada.
“Hee Chul-ah, pasti kau akan sekelsa
lagi dengan Ran Ah.” Celetuk Hyuk Jae.
“Dia pasti akan mengikutimu!” tambah
Young Woon lagi.
“Biarkan saja dia. Diakan sudah
terkena karismaku.” Kata Hee Chul menyombongkan diri.
Aku memang sedang mengobrol dengan
Hye Ri. Tapi, bukan berarti aku tidak mendengarnya. Justru aku mendengarnya
amat sangat jelas. Aku sudah sangat marah dan merasa geli serta jijik pada
sikap Hee Chul. Aku sudah tidak perduli lagi dengannya! Biar saja dia mau
berkata apa. Kalau perlu aku pindah kelas agar tidak mendengarkan ocehannya dan
karismanya itu!
Tetapi, malangnya kelas tiga tidak
dilakukan perubahan kelas. Jadi, aku harus bertahan lagi selama satu tahun
dengan Hee Chul dan ocehannya tentang karismanya itu!
-Flashback end-
Karena
terus mengingat kenangan masa SMA ku yang dramatis itu sejak di kampus tadi,
aku tidak sadar kalau aku sudah menginjak pekarangan rumah. Tidak terasa aku
sudah tiba di rumah. Langsung aku masuk ke kamar. Ku ambil “Buku Tahunan Siswa”
angkatanku di SMA dulu. Kubuka profile ku.
Nama : Song Ran Ah
Ttl : Seoul, 4 September
Kesan : Sekolah di sini
menyenangkan. Aku sangat beruntung bersekolah di sini dan menemukan teman-teman yang terbaik. Aku juga sangat menyukai
guru-guru di sini.
Pesan : Jangan lupakan aku ya, chingu-deul~ Guru-guru juga~ Ya! Neo! MAAFKAN AKU! MIANHADA!
Aku tertawa mengingat isi “pesan” ku
di situ. Kata-kata terakhir di pesan itu ku tulis khusus untuk Hee Chul. Saat
itu aku masih menyukainya dan menanti pemaafannya. Bahkan aku menurunkan berat
badanku sebanyak 8 kg.
* * *
Di
kampus, aku dan Hee Chul biasa-biasa saja. Jika aku bertemu dengannya, aku
tersenyum sedikit atau menganggukan kepalaku sedikit. Tidak lebih. Kami jarang
mengobrol kecuali ada yang perlu. Tugas kelompok misalnya. Atau jika kami
menjadi panitia dalm sebuah acara yang diadakan kampus atau fakultas.
Bahkan,
menjelang wisuda universitas kami, dia belum mengeluarkan satupun kata yang
mengatakan bahwa dia memaafkanku.
* * *
Hari
ini adalah hari wisuda kami. Setelah acara wisuda, aku memanggil Hee Chul dan
mengajaknnya berbicara sebentar. “Hee Chul-ah, apa kau ingat ketika kita SMA
dulu?” tanyaku dengan senyum simpul di wajahku.
“Eo~”
katanya singkat.
“Dulu
kau sempat marah padaku. Jujur sampai sekarang aku tidak tahu apa salahku.”
Kugantung kalimatku sebentar. Hee Chul hanya diam. Dia tidak memberikan jawaban
sedikitpun. “Apa sekarang kau bisa memberitahu kesalahanku? Bahkan, akan lebih
baik jika kau memaafkanku.” kataku penuh harap.
Hee
Chul masih diam. Tak mengatakan apapun. “Hee Chul-ah... jangan diam saja. Jawab
pertanyaanku.” paksaku sedikit.
“Sebenarnya...
kau... aku... kau... tidak punya salah. Hanya reaksiku saja yang terlalu
berlebihan ketika mendengar kabar kau menyukaiku. Tetapi, kau mengatakan pada
oranglain bahwa kau hanya menganggapku teman biasa. Aku... aku...” tidak
menggantung kalimanya.
“Ya?
Kau? Kau kenapa?” tanyaku heran.
“Aku...
aku... aku menyukaimu.” Aku sangat terkejut dengan jawabannya. Ternyata dia
juga menyukaiku. Dia punya rasa yang sama dengan yang dulu aku rasakan.
“Mungkin
aku terlambat. Tapi... apakau mau jadi yeoja chinguku?” tanyanya lirih. Aku
bahkan hampir tidak mendengar suaranya karena terlalu pelan ditambah kebisingan
di sini.
Aku
masih diam. Masih sedikit terkejut. Tiba-tiba seseorang meneriakan namaku, “Ran
Ah-ya!” Suara yang sangat aku kenal. Kubalikan badanku.
“Han
Kyung oppa!” kataku surprise karena senang. “Chakkaman, oppa.” Kataku padanya.
“Di...
dia... siapa?” tanya Hee Chul. Ada nada khawatir di pertanyaannya.
“Dia
namja chinguku. Mianhae Hee Chul-ah. Aku tidak dapat menjadi yeoja chingu mu.
Aku sudah memiliki Han Kyung oppa di hatiku. Kau sudah terlambat.” Kataku
dengan senyum menyedihkan di wajahku.
“Tapi,
bukankah kau menyukaiku?” dia memegang bahuku dan mengguncang bahuku sedikit.
“Memang...
aku memang menyukaimu. Tapi, itu dulu. Tidak mungkin kan, aku terus menyukaimu
selama 8 tahun padahal kau cuek padaku?” kataku bertanya padanya.
“Tidak
dapatkah kau memberiku kesempatan?” tanyanya dengan nada dan wajah memelas.
“Hee
Chul-ah... sudah terlalu banyak kesempatan yang aku berikan padamu. 8 tahun. Ku
rasa, itu lebih dari cukup. Ketika kelas 2 SMA, kau bukannya berbaik-baik
padaku, malah kau mencibirku ketika
pelajaran olah raga. Begitu juga ketika membicarakan kenaikan kelas. Kau menyombongkan dirimu dengan
karismamu. Tidak kah kau ingat?” kataku sambil tertawa hambar.
“Tapi,
itu aku lakukan untuk menutupi perasaanku.” katanya beralasan.
“Kau
ingat? Ketika kau sakit? Aku yang memberimu obat. Aku yang terus menanyakan
keadaanmu pada Dong Hee. Aku yang terus memperhatikanmu bahkan kita sedang
ulangan. Tapi, kau tidak menganggapku. Kau ingat?” tanyaku lagi dengan wajah
yang mulai memerah karena emosi.
Hee
Chul diam. Mungkin dia sedang mencerna perkataanku.
“Apa
kau ingat? Aku sudah berpuluh-puluh kali meminta maaf denganmu karena kau terus
mengatakan aku punya salah padamu. Dan apa kau ingat apa balasanmu waktu itu?
Kau membalas permohonan maafku dengan kata-kata ketus.” Kataku mengakhiri
kalimatku.
“Mianhae.
Mianhada.” katanya lirih dan terdengar seperti akan menangis.
“Sebenarnya
aku tidak ingin mengatakan ini karena aku sudah berusa melupakan semuannya.
Tapi, karena kau memancingku, aku terpaksa mengeluarkan apa yang ada di benakku
selama ini.” Kutarik nafasku, “aku sudah memaafkanmu. Dan ku harap kau juga
memaafkanku. Soal menjadi yeoja chingu mu, mianhae. Aku sudah punya Han Kyung
oppa. Mulai sekarang, aku harap kita bisa berteman akrab lagi, Cinderella-ya.”
kuakhiri kalimatku dengan usapan di bahunya dan seuls senyum di wajahku.
You
never know how precious someone when you near him/her
But,
as soon as he/she go far from you,
You’ll
realize how important that person for you
- THE END -
No comments:
Post a Comment