Monday, March 19, 2012

[Fan Fiction] Biimplikasi (2/2)


Biimplikasi (2/2)

Author : Nabila .A.M. ( wannabsilver )

Biimplikasi part 1 ; Biimplikasi <flashback>


            - Yoo Na POV –
Aku harus move on. Itu lah yang telah aku katakan pada hatiku. Aku harus berusaha. Aku tidak perlu mengingat-ingat dia lagi. Sudah cukup aku memikirkannya selama beberapa tahun ini. Dia tidak mengingatku lagi. Bahakan ketika aku bertemu dengannya setelah Music Core dua hari yang lalu, dia tetap tidak mengingatku.
            Aku sudah tidak mau membuang waktuku sia-sia. Sebaiknya aku fokus ke skripsi ku. Aku akan menyelesaikan kuliahku segera. Dan mungkin, aku harus ikut Farhah ke Indonesia agar bisa melupakannya.
            Aku berjalan menyusuri koridor kampusku dan bertemu dengan Hye Ri. Dia memanggilku, “Yoo Na-ya!”
            “Wae?” kataku tidak bersemangat.
            “Ya! Neo waeirae?” tanyanya sambil mengguncangkan bahuku. Aku tidak meresponnya. Sudah cukup sakit hatiku yang kesekian kalinya karena, dia tidak mengingatku. Sudah tidak dapat lagi ku tahan sesak di dada ini. Sudah tidak dapat lagi kutahan tangis ini. Sudah cukup... sudah cukup aku sakit...
            Orang yang dulu melindungi ku. Orang yang dulu tersenyum sangat-sangat indah ke padaku. Orang yang selalu membelai kepala ku. Sekarang dia telah melupakan ku. Sungguh sakit! Bahkan, setelah berkali-kali kami bertemu, dia tetap tidak mengingatku.
            Air mataku sudah tumpah membanjiri pipiku. Hye Ri memelukku. Farhah yang baru datang dan tidak mengerti apa yang terjadi juga langsung memelukku.
            “Yoo Na-ya... No waeyeo?” kata Farhah khawatir.
            “Yoo Na-ya... Uljima. Ne? Uljima.” Kata Hye Ri menenangkanku.
            “Geu namja......... dia tidak mengingatku, Hye Ri-ah. Dia bahkan tidak menyapaku. Bahkan setelah pertemuan kami yang kesekian kalinya. Dia jahat padaku. Dia dulu bilang akan selalu mengenalku walaupun nantinya dia terkenal. Dia bilang pada ku aku adiknya yang paling berharga. Dia bilang dia menyayangi ku. Tapi........ dia bohong! Dia bahkan tidak ingat siapa aku!”
            Aku menumpahkan semua isi hatiku ke pada Hye Ri –dan Farhah yang ada di sampingnya-. Hanya Hye Ri yang mengerti siapa yang aku bicarakan. Farhah yang bingung menanyakan pada Hye Ri, “siapa yang dia maksud?” Walaupun dia mengecilkan suaranya, aku tetap bisa mendengarkan pertanyaannya itu.
            “Anniyeo, Yoo Na-ya. Dia tidak akan melupakan mu. Mungkin karena wajahmu sudah berubah. Tidak mungkin gadis berumur 7 tahun akan memiliki wajah yang sama ketika dia berumur 23 tahun.” Kata Hye Ri yang menghiburku.
            “Kau hanya perlu memberi tahu nama mu. Maka dia pasti ingat siapa dirimu. Lagipula, 17 tahun bukan waktu yang singkat.” sambungnya lagi.
            “Apakah segitu tidak berharganya janji anak berumur 7 tahun dan anak berumur 9 tahun di matanya?”
            “Sudah ku bilang! Dia pasti mengingatnya kalau kau memberi tahu siapa kau sebenarnya! Jangan keras kepala ketika dinasihati!” omel Hye Ri.
            “Ya! Eun Hye Ri! Jangan memarahi teman mu yang sedang sedih. Neo babo ya?” repet Farhah kepada Hye Ri.
            Ketika mereka bertengkar aku berjalan pergi menuju parkiran. “Yoo Na-ya, neo eodikayeo?” Farhah menanyaiku sambil mengejarku yang diikuti Hye Ri.
*          *          *
            - Hye Ri POV –
            Yoo Na pergi meninggalkan aku dan Farhah yang kebingungan dengan apa yang terjadi. Dia mulai memberondongi ku dengan berbagai pertanyaan. “dia kenapa? Siapa yang dia bicarakan?”
            Aku pun menjelaskan kepada Farhah siapa yang dimaksud oleh Yoo Na. “Orang yang dia maksud adalah Lee Hyuk Jae. Hyuk Jae yang sekarang terkenal dengan nama Eun Hyuk ‘Super Junior’. Hyuk Jae adalah sahabat kecil Yoo Na. Kau ingat waktu kau bertanya kepada Yoo Na, ‘Kenapa kau menggilai Super Junior?’” Farhah menganggukan kepalanya.
            “Seseorang yang dia maksud adalah Hyuk Jae. Dulu, Yoo Na dan Hyuk Jae bertetangga. Tapi, waktu Yoo Na berumur 7 tahun dia pindah ke Mokpo dan membuat janji dengan Hyuk Jae.” Farhah hanya manggut-manggut tanda mengerti.
            “Memangnya mereka membuat janji apa?” tanya Farhah.
            Sejujurnya aku tidak tahu apa janji Yoo Na dan Hyuk Jae. “Nado molla.” kataku. Terjadi keheningan di antara aku dan Farhah. Aku tahu rasa sakit yang dirasakannya. Bagaimana rasanya dilupakan oleh orang yang – diam-diam – kita cintai, itu sangat menyakitkan.
*          *          *
             – Yoo Na POV –
            Aku tiba disebuah jalan di pinggir pusat kota Seoul. Aku memarkirkan mobilku. Ku perhatikam 2 buah rumah yang penuh kenangan. Yang pertama, rumah dengan pagar kayu yang dulunya adalah rumahku. Yang kedua adalah rumah berpagar besi hitam dengan aksen emas yang merupakan rumah Hyuk Jae-oppa.
            Tiba-tiba seseorang keluar. Aku kenal siapa dia. Dia So Ra-eonni. Kakak satu-satunya Hyuk Jae. Aku menyapanya, “annyeonghaseyeo.” Kataku ssambil membungkukan badan.
            “Annyeonghaseyeo. Apakah kau... Kang Yoo Na?” tanyanya sedikit ragu.
            “Ne, eonnie.” Kataku sambil tersenyum.
            “Omo! Kau sudah sangat dewasa sekali! Wah! Kau telah menjadi gadis yang sangat-sangat cantik.” Katanya semangat sambil memelukku. “Mata bulatmu, double eyelid-mu, hidung mancung-mu, semuanya tidak berubaha.” Katanya sambil menyelidik wajahku.
            “Gomawoyeo, eonnie-ya.” Kataku tersenyum.
            Kami memasuki rumah So Ra-eonnie, yang juga rumah Hyuk Jae-oppa. Sekarang kami sedang duduk di ruang tamu. dia membuat minum untukku, lalu dia duduk kembali di sofa. Dia memulai pembicaraan, “Sudah berapa lama kau di Seoul?”
            “Aku sudah di Seoul hampir 4 tahun, eonnie. Mianhabnida aku tidak menghubungimu. Aku takut kau sudah lupa padaku.”
            “Aigoo! Mengapa kau berfikir seperti itu? Kami sangat-sangat merindukan mu. Kau itu keluarga kami.” Katanya sambil terus memelukku.
            Aku tahu siapa yang dimaksudnya “kami”. Orangtua Hyuk Jae juga menyayangi ku dan menganggap aku bagian dari keluarga mereka. “Eonnie, aku tidak bisa berlama-lama. Aku ada kuliah. Jadi, aku harus pergi. Mianhabnida eonnie.” Aku memutuskan berpamit pulang.
            “Tetapi, kau belum  bertemu dengan eomma dan appa ku.” dia sedikit kecewa dengan pamitnya aku.
            “Aku janji akan sering-sering main ke sini.” Aku menghiburnya dan tersenyum. “Oh, ya eonni, jangan beritahu Hyuk Jae oppa kalau aku ke sini, ne?” So Ra eonnie terlihat bingung. Tapi akhirnya dia mengiyakan saja permintaan ku.
            Aku pergi meninggalkan rumah So Ra eonnie. Aku merindukannya. Aku juga merindukan kedua orangtuanya. Apalagi adiknya. Ingat Yoo Na, kau harus move on! Kataku dalam hati. Aku masuk ke mobilku dan memacunya.
*          *          *
            – Eun Hyuk POV –
            Sebuah mobil sedan silver melewati van ku. Sepertinya sedan itu mengunjungi rumahku. Ah, tapi tidak mungkin. Setahuku, kerabatku tidak ada yang mempunyai sedan silver. Siapa wanita itu? –sepertinya wanita-.
*          *          *
5 hari kemudian  .  .  .
            – Yoo Na POV –
            Aku tidak tahu ingin ke mana hari ini. Jadi aku mengirim sms ke Woo Lan.
                        To : Hye Ri
                                    Ri-ah. Neo eodisseo?
                        From : Hye Ri
                                    Waeyeo, Yoo Na-ya?
                        To : Hye Ri
                                    Aku ingin bertemu dengan mu. Apa bisa?
                        From : Hye Ri
Eo, gwenchana. Datang saja ke cafe tempat biasa kita ketemu. Aku sedang di sini.
                        To : Hye Ri
                                    Ne. Tunggu aku.

            Aku memacu mobilku menuju Handel dan Gretel. Di sana kulihat dia sedang bersama seorang pria. Siapa dia? Apa dia pacar Hye Ri? Tapi, kenapa dia menyuruhku datang ke sini?
            “Ri-ah,” panggilku. Betapa terkejutnya aku ketika lelaki yang bersama Hye Ri membalikan badanya. Lelaki itu  tersenyum. “Annyeonghaseyeo. Kang Yoo Na ibnida.” Kataku canggung.
            “Annyeonghaseyeo. Lee Dong Hae ibnida.” Katanya. Dia tidak memperkenalkan diripun aku tahu.
            “Oh, ne. Mian aku menggangu acara kalian. Apa aku pulang saja?”
            “Ah, anniyo. Gwenchana. Kami hanya ngobrol saja. Kami tidak keberatan kau datang.” Kata Dong Hae-oppa yang merasa tidak enak.
            Tiba-tiba aku mulai menangis. Entah kenapa aku ingin menangis dan menangis lagi. Dan kenapa cuaca hari ini seolah mengerti perasaanku. Mengapa awan juga tampak akan menangis hari ini?
            “Yoo Na-ya. Uljima.Uljimayeo!” kata Hye Ri sambil memeluk ku.
            “Aku tidak bisa menahan tangis ini. Aku tidak bisa. Bahkan setelah 1 minggu aku beraktifitas tanpa memikirkannya, aku tetap tidak bisa.”
            Dong Hae sepertinya mulai bingung. “Waeyeo?” tanyanya pada Hye Ri.
            Tiba-tiba pintu cafe terbuka. Ku lihat seorang yang ku kenal memasuki cafe. Ya Tuhan! Itu Hyuk Jae. Aku mengambil tasku dan bergegas pergi. Aku melewati Hyuk Jae dan dia memandangiku dengan bingung.
*          *          *
            – Eun Hyuk POV –
            Aku memasuki Handel dan Gretel untuk menyusul Dong Hae. Ada wanita itu lagi. Tapi, kenapa dia menangis? Dia melewati ku. Dia bahkan tidak menyapaku padahal kami sudah pernah bertemu. Aku sedikit kecewa.
            Ketika dia melewatiku, ada desiran di hatiku. Sepertinya aku merindukannya. Padahal, kami baru kenal 1 minggu yang lalu.
            Aku menghampiri meja Dong Hae dan ada sepupunya di situ. Aku menanyakan tentang wanita tadi. “Dia kenapa?”
            “Dia menangis karena seorang pria.” Jawab Hye Ri pendek.
            “Pria? Dia putus dari pacarnya?” tanyaku yang penasaran.
            “Tidak. Dia dilupakan.” kata Hye Ri tanpa melihat wajahku.
            Sedih sekali pasti jadi wanita itu. Dia dilupakan oleh seorang pria yang mungkin disukainya. Hahaha... sama sepertiku. Aku tersenyum miris. Dong Hae mungkin melihatku tersenyum karena kemudian dia bertanya padaku, “kenapa kau tersenyum?”
            “Aku juga dilupakan.” Kata ku singkat. Sepertinya Dong Hae dan sepupunya kebingungan.
*          *          *
            – Yoo Na POV –
            Semenjak saat itu, aku dan Dong Hae-oppa menjadi teman dekat. Dia sudah tau cerita ku dan Hyuk Jae-oppa. Aku dan Hye Ri juga semakin akrab dengan member Super Junior karena kami sering bersama dengan Dong Hae-oppa. Dan entah bagaimana ceritanya, Hye Ri sudah pacaran dengan Kyu Hyun.
            Walau aku dekat dengan member Super Junior, aku tidak dekat dengan Hyuk Jae-oppa. Aku masih merasakan sakit jika terusa dekat dengannya. Sekarang adalah Super Show 4 hari ke dua di Seoul. Aku, Hye Ri, dan Farhah mendapat tiket cuma-cuma dari Dong Hae-oppa.
            Tetapi, Super Show kali ini berbeda dengan Super Show yang sebelum-sebelumnya. Biasanya aku akan membawa banner bertuliskan, “WORLD NO. #1 MYOLCI” tetapi sekarang, aku hanya memegang banner biru bertuliskan Super Junior.
            Setelah Super Show, Dong Hae-oppa, Leeteuk-oppa, dan Kyu Hyun mengajak aku, Hye Ri, dan Farhah pergi makan. Di tengah-tengah makan, tiba-tiba Hyuk Jae datang. Aku yang melihatnya langsung bergegas pergi.
            Leeteuk-oppa dan Kyu Hyun yang tidak mengerti cerita ku dan Hyuk Jae menjadi bingung. “Kau mau ke mana? Makanan mu belum habis.” Kata Leeteuk-oppa.
            “Aku sudah kenyang dan ingin pulang. Jeoseonghabnida aku tidak bisa ikut kalian sampai selesai.” aku pergi melewati Hyuk Jae. Dia memasang tampang bingung itu lagi. Ternyata, dia juga keluar menyusulku.
*          *          *
            – Eun Hyuk POV –
          Kenapa sih, wanita itu selalu pergi ketika melihatku? Segitu bencikah dia kepada ku? Salah ku apa padanya? Begitulah pikirku dalam hati.
            Entah kenapa, hatiku menyuruhku menyusul wanita itu. “Ceogiyeo! Ceogiyeo!” panggilku berulang kali tetapi, dia tetap berjalan pergi menuju mobilnya. “Ceogiyeo! Hye Ri chingu!” panggilku lagi.
            Dia menghentikan langkahnya. Aku pun berusaha mendekatinya. “Ceogi...” aku menggantung kalimatku. Bingung apa yang harus ku katakan. Aku takut akan salah bicara. “Apa kau sangat membenciku?” tanyaku padanya.
            Dia hanya diam. Dia bahkan tidak membalikan tubuhnya. “Ceogiyeo... apa aku punya salah padamu?” aku bertanya lagi. “Aku merasa tidak enak padamu. Kalau memang aku punya salah tolong beritahu aku.” Kenapa dia masih belum menjawab?
            Ku dengar dia menangis. Kenapa dia menangis? “Ceogi... kenapa kau menangis? Tolong jangan menangis. Aku takut orang salah sangka. Tidak apa-apa jikakau tidak menjawab pertanyaan ku. Aku tidak memaksa.” Kataku yng mulai ketakutan. Sudah beberapa orang melihat ke arah kami.
            Tiba-tiba dia membalikan badannya.
*          *          *
            – Yoo Na POV –
            Sudah tidak bisa ku tahan lagi amarah dan air mataku. Dia terus saja memberondongku dengan pertanyaannya. Tiba-tiba aku membalikan badan, “geurae! Aku membenci mu! Sangat membenci mu! Dan kau punya sangat, sangat, sangat banyak salah padaku!” repetku.
            “Kau bahkan tidak mengenaliku! Kau bahkan tidak tahu namaku! Kau bahkan tidak mengingat wajahku! dan kau bahkan tidak mengingat janji kita ketika kau berumur 9 tahun dan aku berumur 7 tahun.” Air mataku benar-benar tumpah semua. Muka ku mungkin sudah sangat, sangat merah.
            Dia tiba-tiba terkejut dan seperti teringat sesuatu. Dia membuka mulutnya dan dengan terbata-bata dia berbicara, “Ka... Kang... Kang Yoo Na?” kulihat ekspresi terkejut di wajahnya.
            “Geurae! Na Kang Yoo Na!” kataku lantang. “Gadis kecil yang membuat janji bersama dengan Lee Hyuk Jae kecil. Dan kini telah berubah menjadi Kang Yoo Na bodoh yang terus mempercayai janji itu walau sudah 17 tahun.” kataku tambah berapi-api.
            Tiba-tiba dia memelukku. Dan dia juga mulai ikut menangis. “YA! Neo babonikka? Mana mungkin aku tahu bahwa ini kau. Bagaimana aku tahu kalau kau adalah Kang Yoo Na yang selama ini ku tunggu? Kau saja tidak memberi tahu namamu.” Katanya yang memelukku semakin erat.
            Aku hanya diam dan tetap menangis. “Kau tahu? Setelah pertemuan pertama kita sesudah Music Core, aku mulai memikirkan mu. Aku mulai membanding-bandingkan kau dengan Yoo Na-ku.” Dia masih saja memelukku.
            “Aku bahkan tadinya ingin meminta twitter mu, facebook mu, cyworld mu, me2day mu, bahkan nomor handphone mu agar aku bisa berkenalan dengan mu.” Katanya semangat.
            “Dan apa kau tau? Aku kira selama ini Yoo Na-ku sudah melupakan ku.”
            “Aku tidak pernah melupakan mu, babo. Dan aku tidak akan melupakan mu, oppa.” Kataku sambil mencoba tersenyum ditangis ku.
            “Apa kau tau, kenapa aku tidak menanyakan nama mu atau nomor hp mu selama ini?” tanyanya padaku.
            “Mana aku tahu, babo.” Kataku sambil memukul lembut kepala bagian belakangnya. Bahkan kami masih berpelukan sampai sekarang.
            “Aku takut kau menyukai Dong Hae.” Katanya lirih.
            “Mana mungkin! Dong Hae sudah punya pacar. Namanya Jo Crystin. Dia sepupu Kyu Hyun. Aku sudah menyukai orang lain.” Kataku.
            “Kalau begitu, apa kau menyukai Teuk-hyung?” tanyanya. “Karena tidak mungkin kau menyukai Kyu Hyun yang notabene adalah pacar sahabatmu.” Kata dia sok menganalisis.
            Tiba-tiba suara aneh mengejutkan kami, “mana mungkin dia menyukai ku, babo! Aku adalah pacarnya Farhah!” itu suara Teuk-oppa. Aku dan Hyuk Jae-oppa refleks melepaskan pelukan kami. Dia berbicara sambil menunjukkan tangannya yang menggenggam tangan Farhah. Walau gelap, aku masih bisa melihat wajah memerah Farhah.
            “Lalu...” Hyuk Jae-oppa menggantung kalimatnya. “Apa kau menyukai ku?” tanyanya ragu.
            “Huh! Ge-er sekali dia.” Tiba-tiba Kyu Hyun nyeletuk.
            Aku mengangguk semangat. Aku langsung berbicara, “mana mungkin aku mengingkari janji kita 17 tahun lalu.”
            Tiba-tiba Hyuk Jae-oppa mencium ku. Ya Tuhan! Ini kan tempat umum dan sangat ramai. Tetapi, aku tidak dapat menolaknya. Aku juga menikmati ciuman hangat ini. Sayup-sayup ku dengar Teuk-oppa berbicar, “ya! Tutupi mereka dengan jaket kalian masing-masing.”

Cinta bisa merasakan tanpa mengetahui.
Dan detak jantung bisa terpacu tanpa harus dikomando.
THE END

Wait for the FLASH BACK story :)

No comments:

Post a Comment