Pertama kali muncul pada era 1920-an televisi menjadi primadona dalam masyarakat. Keberadaannya mudah ditemukan dan kehadirannya sangat dirasakan bermanfaat terutama sebagai penghibur dan penyedia berita. Namun sekarang, meskipun televisi sudah lebih gampang ditemukan dan lebih murah harga per-unit-nya, penikmat televisi tetaplah tak sebanyak dulu. Sama seperti kehadiran televisi yang mengikis jumlah pendengar radio, keberadaan televisi kini dikalahkan oleh internet yang semakin merajalela. Salah satu bukti menurunya pemirsa televisi adalah terjadi penurunan total belanja iklan televisi pada tahun 2015 menjadi hanya 62,9% menurut PPPI.
Seperti yang saya sebutkan pada paragrap di atas, keberadaan televisi kini telah tergantikan oleh adanya internet yang semakin mudah diakses baik dari smartphone maupun komputer. Selama setahun, mulai dari Januari 2015 sampai dengan Januari 2016, We Are Social menghimpun data dan menemukan bahwa terjadi kenaikan pengguna internet di Indonesia sebanyak 15%.
Meningkatnya pengguna internet menyebabkan terjadinya peningkatan pengguna media sosial di masyarakat Indonesia. Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, sampai saat ini pengguna internet di Indonesia telah mencapai 88,1 juta pengguna dan sebanyak 48% dari total tersebut merupakan pengguna yang online setiap harinya.
Jumlah pengguna internet yang terus bertambah juga mempengaruhi total waktu akses internet di Tanah Air. Berdasarkan hasil survei We Are Social setidaknya pengguna internet menghabiskan rata-rata 4 jam 45 menit untuk mengakses internet sehari-hari. Dapat kita simpulkan bahwa penggunaan televisi jadi berpengaruh karena terlalu banyak orang yang menggunakan internet untuk mencari berita dan hiburan.
Salah satu penyebab tersitanya waktu untuk bermain internet adalah banyaknya orang yang terlalu sibuk menggunakan media sosial. Tercatat jumlah pengguna media sosial di Indonesia saat ini yang aktif adalah sekitar 79 juta users.
Menkominfo juga memperdiksi bahwa dalam beberapa tahun ke depan penggunaan internet dan produksi alat sebagai sarana pengakses internet akan terus meningkat seiring dengan semakin membaiknya koneksi internet di Indonesia. Bahkan angka penjualan smartphone sudah meningkat 30% dari tahun-tahun sebelumnya membuat televisi semakin tergusur eksistensinya.
Lalu, apakah keadaan ini baik atau buruk?
Menurut saya keadaan yang sedang dijalani Indonesia atau bahkan dunia saat ini buruk. Mengingat terlalu banyaknya masyarakat yang berinteraksi menggunakan internet bahkan melebihi pengguna televisi pada masa jayanya. Seperti yang kita ketahui internet mempunyai dampak negatif yang dapat merusak tatanan masyarakat, karena teknologi mampu mengubah perilaku seseorang yang pastinya dapat merusak tatanan ini.
Keberadaan internet dan kehadiran media sosial sebagai suatu bentuk komunitas baru menyebabkan masyarakat berpindah dari komunitas organik ke komunitas virtual internet yang lebih mudah diakses di manapun dan kapanpun. Padahal keberadaan televisi dulu sudah cukup menyita waktu interaksi sesama makhluk sosial, bayangkan jika waktu interaksi antar makhluk sosial yang akan semakin berkurang karena terlalu asiknya manusia di dunia maya.
Hadirnya sosial media memberikan kenyamanan baru yang lebih mudah didapat manusia daripada yang mereka rasakan ketika berada dalam komunitas organik. Di komunitas virtual masyarakat bisa membuat keputusan apapun dengan mudah, bisa membuat program atau merancang acara dengan mudah meskipun mereka tidak berada di waktu dan tempat yang sama. Kemudahan inilah apa yang membuat manusia semakin nyaman dengan menggunakan media sosial.
Kenyaman yang sangat mereka rasakan membuat masyarakat akhirnya mengambil keputusan untuk menghabiskan waktu lebih banyak di media sosial (komunitas virtual) daripada repot harus menyamakan jadwal untuk sekedar ‘mengiyakan’ suatu keputusan padahal jika mereka menentukan lewat komunitas virtual (media sosial) masalah mereka dapat selesai kurang dari 1 menit.
Banyaknya waktu yang habis untuk sibuk di komunitas virtual membuat orang-orang menjadi individualis di dunia nyatanya (komunitas organik). Padahal Indonesia yang dikenal sebagai negara yang masyaraktnya kolektiv kini harus merasakan adanya perubahan tatanan masyarakt menjadi masyarakt individualis karena ulah media sosial sebagai buntut munculnya internet.
Keburukan lain selain berubahnya tatanan masyarakat adalah deformasi pikiran muda. Teknologi membawa perubahan cara pandang dan cara pikir masyarakat terutama kaum muda menjadi kurang baik. Contoh paling signifikannya adalah kaum muda zaman sekarang menganggap internet adalah hal yang paling membantu dan bermanfaat sehingga mereka (atau kami?) lebih mendewakan internet dibanding alat bantu yang lainnya.
Ketika ada tugas, bukannya ke perpustakaan untuk mencari buku kaum muda sekarang lebih memilih mempuka perangkat untuk mencari informasi melalui internet. Kemudahan ini membuat kaum muda sekarang seakan terlena dengan bantuan internet. Kaum muda hanya tau bahwa internet membuat kerja lebih cepat dan mudah tanpa memikirkan dampak terhadap diri mereka sendiri.
Padahal, kemudahan dalam menerima informasi membuat kita juga lebih mudah melupakan informasi tersebut terlebih lagi orang yang hanya meng-copy kemudian paste tanpa membaca isi teks terlebih dahulu.
Kehadiran internet selain mengubah kualitas dalam bidang pendidikan dan pemahaman akan suatu materi juga dapat mempengaruhi ideologi seseorang. Misalnya sekarang ini sedang marak yang namanya Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang penyebarannya juga dipermudah karena adanya internet. Kaum muda yang rentan dan dikenal dengan ‘masanya mencari jati diri’ akan sangat mudah dipengaruhi baik disadari maupun tanpa disadari oleh mereka sendiri.
Hal lain yang bisa dianggap merupakan keburukan kehadiran internet adalah internet menyebabkan masyarakat Indonesia meninggalkan nilai-nilai budaya sendiri. Semakin mudahnya mengakses internet menyebabkan masyarakt semakin mudah membuat media sosial. Media sosial sebagai suatu komunitas pastilah berisi manusia yang heterogen, terdiri dari berbagai usia, hobi, dan juga kewarganegaraan. Melalui komunitas virtual ini interaksi dengan orang asing yang berbeda etnis dan kewarganegaraan menjadi sangatlah mudah. Intensitas interaksi yang terlalu sering mengakibatkan seseorang tekadang terlalu terkesima dan penasaran akan budaya baru tersebut sehingga secara sengaja maupun tidak sengaja menggusur nilai budaya asli mereka. Yang lebih buruk lagi adalah, keadaan penggusuran nilai budaya ini tidak hanya dialami olehsatu dua orang saja, melainkan hampir keseluruhan dari 79 anggota komunitas virtual tadi mengalami hal yang sama.
Lalu, jika ditanya apakah terlalu intensnya interaksi dengan internet ataupun perpindahan masyarakat dari komunitas organik ke komunitas virtual itu buruk? Jawaban saya, iya. Meskipun internet membawa manfaat baik, kita tidak bisa mengenyampingkan dampak buruk yang dibawanya.
Namun, dampak buruk tadi bisa diminimalisir oleh setiap orang. Beberapa cara yang harus dilakukan di antaranya :
- Membatasi diri dengan baik dalam menggunakan internet. Terimalah informasi yang bermanfaat bukan sekedar untuk menyelesaikan tugas tapi juga bermanfaat untuk stimulasi otak. Jangan hanya mencari karena ingin meng-copy, tapi carilah karena Anda benar ingin tahu.
- Kebanyakan menggunakan media sosial boleh membuat selera musikmu ke-Barat-an atau ke-Korea-an tapi, jangan lupakan kalau kamu adalah pengonsumsi acar timun bukannya kimchi.
Referensi :
www.kompasiana.com
No comments:
Post a Comment